1. Al Mustadrak

【1】

Al Mustadrak 1: Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Ishaq Al Khuza’i mengabarkan kepada kami di Makkah, Abdullah bin Muhammad bin Abu Maisarah menceritakan kepada kami, Abdullah bin Yazid Al Muqri' menceritakan kepada kami, Sa’id bin Abu Ayyub menceritakan kepada kami, Ibnu Ajian menceritakan kepadaku dari Al Qa’qa' bin Hakim, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." Al Mustadrak 2: Ali bin Hamasyad Al Adi menceritakan kepada kami, Abu Al Mutsanna menceritakan kepada kami, Musaddad menceritakan kepada kami, Abdul Wahhab menceritakan kepada kami, Muhammad bin Amr menceritakan kepada kami dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” Ini merupakan hadits shahih yang tidak dinukil dalam Ash- Shahihain. Hadits tersebut shahih menurut kriteria Muslim bin Al Hajjaj. Dia menjadikan hadits-hadits riwayat Al Qa'qa' dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dan Muhammad bin Amr sebagai syahid (penguat). Dia menjadikan Muhammad bin Ajian sebagai hujjah. Hadits ini juga diriwayatkan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah, Syu'aib bin Al Habhab, dari Anas. Juga diriwayatkan oleh Ibnu Ulayyah dari Khalid Al Hadzdza', dari Abu Qilabah, dari Aisyah. Namun, aku khawatir Abu Qilabah tidak pernah mendengarnya dari Aisyah. Al Mustadrak 3: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Marzuq menceritakan kepada kami, Abu Daud menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami dari Abu Balj. Dan Ahmad bin Ya'qub Ats-Tsaqafi mengabarkan kepadaku, Umar bin Hafsh As-Sadusi menceritakan kepada kami, Ashim bin Ali menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami dari Yahya bin Abu Sulaim, yaitu Abu Balj —ini merupakan redaksi pada hadits riwayat Abu Daud—, dia berkata: Aku pernah mendengar Amr bin Maimun menceritakan dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa ingin mendapatkan manisnya iman, maka dia hendaknya mencintai seseorang, dan tidak mencintainya kecuali karena Allah." Ini merupakan hadits yang tidak dinukil dalam Ash-Shahihain Al Bukhari dan Muslim sama-sama menjadikan Amr bin Maimun dari Abu Hurairah sebagai hujjah, sementara Muslim menjadikan Abu Balj sebagai hujjah. Ini merupakan hadits shahih yang tidak diketahui ada cacatnya. Al Mustadrak 4: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Ar-Rabi' bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Abdullah bin Wahb menceritakan kepada kami, Al-Laits bin Sa'ad mengabarkan kepadaku dari Ayyasy bin Abbas Al Qitbani, dari Zaid bin Aslam, dari ayahnya, bahwa pada suatu hari Umar keluar menuju masjid, lalu dia mendapati Mu'adz bin Jabal menangis di sisi makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Umar pun bertanya, "Apa yang membuatmu menangis, wahai Mu'adz?" Mu'adz menjawab, "Aku menangis karena suatu hadits yang pernah aku dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, 'Riya yang sedikit adalah syirik. Barangsiapa memusuhi wali-wali Allah, maka dia telah menyatakan perang terhadap Allah secara terang-terangan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang baik yang bertakwa, yang suka menyamarkan diri (yang menyepi dari masyarakat dan tidak diketahui tempatnya). Jika mereka tidak ada maka mereka tidak dicari, dan jika mereka ada maka mereka tidak dikenal. Hati mereka adalah lentera petunjuk, mereka keluar dari setiap masalah yang sulit'." Hadits ini shahih dan tidak dinukil dalam Ash-Shahihain. Al Bukhari dan Muslim sama-sama menjadikan Yazid bin Aslam dari ayahnya, dari para sahabat sebagai hujjah. Selain itu, keduanya juga sama-sama sepakat menjadikan hadits Al-Laits bin Sa'ad dari Ayyasy bin Abbas Al Qutbani sebagai hujjah. Ini merupakan sanad yang shahih dan tidak diketahui memiliki cacat. Al Mustadrak 5: Abu Ja'far Muhammad bin Shalih bin Hani' menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ismail bin Mihran menceritakan kepada kami, Abu Ath-Thahir menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab memberitakan kepada kami, Abdurrahman bin Maisarah mengabarkan kepadaku dari Abu Hani' Al Khaulani Humaid bin Hani', dari Abu Abdurrrahman Al Hubuli, dari Abdullah bin Amr bin Al Ash, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya iman akan punah di dalam diri salah seorang dari kalian seperti punahnya pakaian yang usang. Oleh karena itu, mintalah kepada Allah agar senantiasa memperbarui iman di hati kalian" Hadits ini tidak dinukil dalam kitab Ash-Shahihain. Para periwayatnya adalah orang-orang Mesir yang tsiqah (tepercaya). Muslim dalam kitab shahih-nya. menjadikan hujjah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abu Umar, dari Al Muqri', dari Haiwah, dari Abu Hani', dari Abu Abdurrahman Al Hubuli, dari Abdullah bin Amr, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى ذِكْرُهُ كَتَبَ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ "Sesungguhnya Allah telah menulis (menetapkan) takdir semua makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi" (AlHadits) Al Mustadrak 6: Abu An-Nadhr Muhammad bin Muhammad bin Yusuf Al Faqih mengabarkan kepadaku, Ibrahim bin Ismail Al Anbari menceritakan kepada kami, Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Abu Khalid Al Ahmar menceritakan kepada kami dari Ibnu Ajian, dari Al Qa'qa' bin Hakim, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila seorang hamba melakukan suatu dosa, maka muncullah di hatinya sebuah noda hitam. Jika dia bertobat maka hilanglah noda tersebut. Jika mengulanginya lagi maka noda tersebut semakin bertambah„ sampai membesar di hatinya. Itulah arti 'menutupi' yang disebutkan Allah dalam firman-Nya, 'Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka'."(Qs. Al Muthaffifiin [83]: 14) Hadits ini shahih, dan tidak dinukil dalam Ash-Shahihain. Imam Muslim menjadikan hadits-hadits Al Qa'qa' bin Hakim dari Abu Shalih sebagai hujjah. Al Mustadrak 7: Imam Abu Bakar Ahmad bin Ishaq Al Faqih menceritakan kepada kami, Bisyr bin Musa memberitakan, Al Humaidi menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, dia berkata,"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa ditanya tentang Hari Kiamat, sampai turun ayat, 'Siapakah kamu (maka) dapat menyebutkan (waktunya)? Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktunya)'." (Qs. An Naazi'aat [79]: 43-44) Hadits ini tidak dinukil dalam kitab Ash-Shahihain. Hadits ini akurat dan shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Al Bukhari dan Muslim sama-sama menjadikan hadits-hadits Ibnu Uyainah dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah sebagai hujj'ah. Al Mustadrak 8: Abu Al Abbas Muhammad bin Ahmad Al Mahbubi menceritakan kepada kami di Marwa, Sa'id bin Mas'ud menceritakan kepada kami, Ubaidillah bin Musa menceritakan kepada kami, Israil menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq, dari Aghar, dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id, bahwa keduanya pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila seorang hamba mengucapkan, 'Laa Ilaaha Illallaahu wallaahu akbar (tidak ada tuhan kecuali Allah, dan Allah Maha Besar) maka Tuhannya membenarkannya dengan berfirman, 'Hamba Ku benar, tidak ada tuhan kecuali Aku, dan Akulah Yang Esa'. Apabila dia mengucapkan, 'Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariika lah (tidak ada tuhan kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagl-Nya)', maka Tuhannya membenarkannya dengan berfirman, 'Hamba Ku benar, tidak ada tuhan kecuali Aku, dan tidak ada sekutu bagiKu', Apabila dia mengucapkan, 'Laa ilaha illallah lahul mulku walahul hamdu (tidak ada tuhan kecuali Allah, bagl-Nya kerajaan [kekuasaan] dan pujian, maka Allah berfirman, 'Hamba-Ku benar, tidak ada tuhan kecuali Aku, bagl-Ku kerajaan (kekuasaan) dan milik-Ku pujian'. Apabila dia mengucapkan, 'Laa ilaaha illallaah wala haula walaa quwwata illaa blllaah, (tidak ada tuhan kecuali Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan [kehendak] Allah)', maka Allah berfirman, 'Hamba-Ku benar, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan (kehendak)Ku'." Hadits ini shahih, dan tidak dinukil dalam kitab Ash-Shahihain. Al Bukhari dan Muslim sama-sama menjadikan hadits Abu Ishaq dari Al Aghar, dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id sebagai hujjah. Keduanya sepakat menjadikan hadits-hadits Israil bin Yunus dari Abu Ishaq sebagai hujjah. Al Mustadrak 9: Abdullah bin Husain Al Qadhi mengabarkan kepada kami di Marwa, Al Harits bin Abu Usamah menceritakan kepada kami, Yunus bin Muhammad menceritakan kepada kami, Al-Laits bin Sa'ad menceritakan kepada kami, Amir bin Yahya menceritakan kepadaku dari Abu Abdurrahman Al Ma'aflri Al Hubuli, dia berkata: Aku pernah mendengar Abdullah bin Amr bin Al Ash berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah akan memilih seorang dari umatku diantara manusia pada Hari Kiamat, lalu menyebarkan 99 buku catatan amal, setiap bukunya seperti ini, kemudian berfirman, 'Apakah kamu mengingkari ini? Apakah para malaikat pencatat-Ku telah berbuat zhalim terhadapmu?' Orang tersebut menjawab, 'Tidak, wahai Tuhan'. Allah bertanya lagi, 'Apakah kamu punya alasan (ingin mengajukan keberatan?)'. Orang tersebut menjawab, 'Tidak, wahai Tuhan'. Allah lalu berfirman, 'Baik, sesungguhnya kamu mempunyai kebaikan di sisi Kami, tidak ada yang menzhalimimu pada hari ini'. Lalu dikeluarkanlah kartu yang berisi tulisan asyhadu an laa ilaaha ilallaah wa asyhadu anna muhammadan abduhuu wa rasuuluh. Orang tersebut kemudian bertanya, 'Wahai Tuhanku, apa hubungannya kartu ini dengan buku-buku catatan itu?' Allah menjawab, 'Sesungguhnya kamu tidak berbuat zhalim'. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lanjut bersabda, "Lalu diletakkanlah buku-buku catatan amal di piring timbangan dan kartunya di piring timbangan yang lain. Ternyata buku-buku catatan amal menjadi ringan, sementara kartunya menjadi berat. Tidak ada sesuatu yang berat jika disertakan dengan nama Allah." Hadits ini shahih dan tidak dinukil dalam Ash-Shahihain. Hadits ini shahih menurut syarat Muslim. Muslim menjadikan Abu Abdurrahman Al Hubuli dari Abdullah bin Amr bin Al Ash sebagai hujjah. Amir bin Yahya adalah periwayat Mesir yang tsiqah. Al-Laits bin Sa'ad merupakan seorang imam, dan Yunus Al Mu'addib adalah periwayat yang tsiqah dan telah disepakati dinukil dalam Ash- Shahihain. Al Mustadrak 10: Abu Al Abbas Qasim bin Al Qasim As-Sayyari mengabarkan kepada kami di Marwa, Abu Al Muwajjih menceritakan kepada kami, Abu Ammar menceritakan kepada kami, Al Fadhl bin Musa menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Umat Yahudi terpecah menjadi 71 atau 72 kelompok, Umat Nasrani terpecah juga seperti itu, dan umatku akan terpecah menjadi 73 kelompok" Hadits ini banyak (disebutkan) dalam kitab-kitab induk. Hadits ini juga diriwayatkan dengan redaksi yang sama dari Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdullah bin Amr, dan Auf bin Malik, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Imam Muslim menjadikan Muhammad bin Amr dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah sebagai hujjah. Al Bukhari dan Muslim sepakat menjadikan Al Fadhl bin Musa, seorang periwayat yang tsiqah sebagai hujjah. Al Mustadrak 11: Abu Al Abbas Al Qasim bin Al Qasim As-Sayyari menceritakan kepada kami di Marwa, Ibrahim bin Hilal menceritakan kepada kami, Ali bin Hasan bin Syaqiq menceritakan kepada kami, Husain bin Waqid menceritakan kepada kami. Muhammad bin Shalih bin Hani' menceritakan kepada kami, Abu Sa'id Muhammad bin Syadzan menceritakan kepada kami, Abu Ammar menceritakan kepada kami, Al Fadhl bin Musa menceritakan kepada kami dari Husain bin Waqid, dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat maka dia telah kafir." Hadits ini shahih sanadnya, dan tidak diketahui ada illat padanya dari berbagi segi. Al Bukhari dan Muslim sama-sama menjadikan (riwayat) Abdullah bin Buraidah dari ayahnya sebagai hujjah, sementara Muslim menjadikan Al Husain bin Waqid sebagai hujjah. Keduanya tidak menukil dengan redaksi ini. Hadits ini juga mempunyai syahid (penguat) yang shahih sesuai kriteria keduanya. Al Mustadrak 12: Ahmad bin Sahi Al Faqih mengabarkan kepada kami di Bukhara, Qais bin Anif menceritakan kepada kami, Qutaibah bin Sa'id menceritakan kepada kami, Bisyr bin Al Fadhl menceritakan kepada kami dari Al Jurairi, dari Abdullah bin Syaqiq, dari Abu Hurairah, dia berkata, 'Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak melihat sesuatu yang apabila ditinggalkan akan menjadikan kafir selain shalat." Al Mustadrak 13: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani menceritakan kepada kami, Hajjaj bin Muhammad menceritakan kepada kami, Yunus bin Abu Ishaq menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Abu Juhaifah, dari Ali bin Abi Thalib, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa melakukan pelanggaran yang menyebabkannya harus dihukum, lalu Allah segera menghukumnya di dunia, maka Allah lebih adil daripada mengulangi suatu hukuman terhadap hamba-Nya di akhirat. Barangsiapa melakukan suatu pelanggaran yang menyebabkannya harus dihukum, lalu Allah menutupinya dan memaafkannya, maka Allah lebih terhormat daripada mengulangi sesuatu yang telah dimaafkan-Nya" Sanad hadits ini shahih, namun Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Keduanya sama-sama berhujjah dengan Abu Juhaifah dari Ali dan telah sepakat terhadap Abu Ishaq. Keduanya juga sama-sama berhujjah dengan Al Hajjaj bin Muhammad Sementara Muslim berhujjah dengan Yunus bin Abu Ishaq. Al Mustadrak 14: Abu Al Hasan Muhammad bin Abdullah Al Jauhari mengabarkan kepadaku, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami, Ahmad bin Yusuf menceritakan kepada kami, An-Nadhr bin Muhammad menceritakan kepada kami, Ikrimah bin Ammar menceritakan kepada kami, Iyas bin Salamah menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, bahwa ketika dia bersama Rasulullah, tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan menuntun kudanya yang sedang bunting beserta anak kudanya yang mengikutinya. Lalu dia bertanya, "Siapa engkau?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Aku seorang nabi." Dia bertanya lagi, "Apa itu nabi?" Beliau menjawab, "Utusan Allah" Laki-laki itu bertanya, "Kapan datangnya Hari Kiamat?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "(Itu perkara yang) gaib, dan tidak ada yang mengetahui hal gaib kecuali Allah" Laki- laki itu berkata lagi, 'Perlihatkan kepadaku pedangmu." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun memberikan pedangnya kepadanya, lalu laki-laki tersebut mengayun-ayunkannya dan menodongkannya kepada beliau. Beliau lalu bersabda, "Engkau tidak akan bisa melakukan apa yang engkau inginkan" Periwayat (Salamah) berkata, "Dan dia [...]." Nabi lalu bersabda, "Pergilah kepadanya dan tanyakanlah kepadanya tentang masalah-masalah ini." Hadits ini shahih. Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Keduanya sama-sama sepakat berhujjah dengan Iyas bin Salamah dari ayahnya. Sementara Muslim berhujjah dengan sanad ini secara bentuknya. Dia meriwayatkan selain hadits ini dari Ahmad bin Yusuf. Al Mustadrak 15: Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah Ash-Shaffar mengabarkan kepada kami, Ahmad bin Mihran Al Ashbahani menceritakan kepada kami, Ubaidillah bin Musa menceritakan kepada kami, Auf bin Abu Jamilah menceritakan kepada kami. Abdullah bin Al Husain Al Qadhi mengabarkan kepada kami di Marwa, Al Harits bin Abu Salamah menceritakan kepada kami, Rauh bin Ubadah menceritakan kepada kami, Auf menceritakan kepada kami dari Khallas dan Muhammad, dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu dia membenarkan perkataannya, maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad " Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim dari hadits Ibnu Sirin, namun keduanya tidak meriwayatkannya. Al Bukhari meriwayatkan hadits —tentang kisah Musa, bahwa kedua buah zakarnya besar— dari Ishaq, dari Rauh, dari Auf, dari Khallas dan Muhammad, dari Abu Hurairah. Al Mustadrak 16: Abu Abdillah Muhammad bin Ya'qub Al Hafizh menceritakan kepada dengan cara imla' (mendikte), Ibrahim bin Abdullah As-Sa'di menceritakan kepada kami, Quraisy bin Anas menceritakan kepada kami, Habib bin Asy-Syahid menceritakan kepada kami. Ahmad bin Ja'far Al Qathi'i mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Ahmad bin Hambal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Ibnu Abi Adi menceritakan kepada kami dari Habib bin Asy-Syahid, Humaid bin Hilal menceritakan kepada kami, Hishshan bin Kahil menceritakan kepada kami —dalam hadits Ibnu Abi Adi: Kahin—, dia berkata: Aku pernah duduk di suatu majelis yang di dalamnya terdapat Abdurrahman bin Samurah. Ketika itu aku belum mengenalnya. Dia berkata: Mu'adz bin Jabal menceritakan kepada kami, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak satu pun jiwa yang mati di atas bumi tanpa menyekutukan Allah dengan sesuatu pun dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah dengan hati yang penuh keyakinan kecuali Allah akan mengampuninya." Hishshan berkata, "Aku lalu bertanya, 'Apakah engkau mendengarnya dari Mu'adz?' Orang-orang pun mencaci-makiku. Abdurrahman bin Samurah lalu berkata, 'Biarkan dia, karena dia tidak berkata-kata kasar. Ya, aku mendengarnya dari Mu'adz bin Jabal'." Mu'adz sendiri beranggapan bahwa dia pernah mendengarnya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Hadits ini shahih dan para periwayat tsiqah telah meriwayatkannya. Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkaimya dengan redaksi ini. Menurutku, keduanya mengenyampingkannya karena ada Hishshan bin Kahil, yang disebut pula sebagai Ibnu Kahin, karena yang dikenal meriwayatkan darinya hanyalah Humaid bin Hilal Al Adwi. Ibnu Abi Hatim telah menyebutkan bahwa yang meriwayatkan darinya juga Qurrah bin Khalid. Keduanya sama-sama meriwayatkannya dari segolongan periwayat tsiqah9 yang tidak ada yang meriwayatkan untuk mereka kecuali satu orang, sehingga keduanya mengganggapnya layak meriwayatkan redaksi yang serupa. Al Mustadrak 17: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Abu Ja'far Muhammad bin Ubaidillah bin Abu Daud Al Munadi menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Abu Ghassan Muhammad bin Mutharrif memberitakan kepada kami dari Hassan bin Athiyyah, dari Abu Umamah Al Bahili, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Malu dan enggan berbicara (yang menjadikan dosa) adalah dua cabang dari keimanan, sedangkan kata-kata kotor dan bicara berlebih-lebihan adalah termasuk nifak " Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, dan keduanya tidak meriwayatkannya. Keduanya sama-sama berhujjah dengan para periwayatnya dari yang paling akhir. Al Mustadrak 18: Ahmad bin Ja'far Al Qathi'i mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Abdurrahman —yaitu Ibnu Mahdi— menceritakan kepada kami, Zuhair bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Shalih bin Abu Shalih, dari Abdullah bin Abu Umamah, dari ayahnya, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Berpenampilan sederhana termasuk bagian dari iman, berpenampilan sederhana merupakan bagian dari iman (yaitu tawadhu dalam berpakaian)" Muslim berhujjah dengan Shalih bin Abu Shalih As-Samman. Al Mustadrak 19: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani menceritakan kepada kami, Sa'id bin Abu Maryam menceritakan kepada kami dari Muawiyah bin Shalih, dari Abu Yahya Sulaim bin Amir, dia berkata: Aku pernah mendengar Abu Umamah Al Bahili berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pada haji Wada', "Sembahlah Tuhan kalian, shalatlah lima waktu, berpuasalah pada bulan (Ramadhan), bayarlah zakat mal, dan taatilah pemimpin kalian, maka kalian akan masuk surga Tuhan kalian." Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim. Kami tidak mengetahui ada illat padanya. Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Al Bukhari dan Muslim sama-sama berhujjah dengan hadits-hadits Sulaim bin Amir, dan para periwayat lainnya disepakati (ke-tsiqah-annya). Al Mustadrak 20: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Marzuq menceritakan kepada kami, Wahb bin Jarir menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami. Abu Al Qasim Abdurrahman bin Hasan Al Asadi di Hamadan memberitakan kepada kami, Ibrahim bin Al Husain menceritakan kepada kami, Adam bin Abu Iyas menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami. Ahmad bin Ja'fer Al Qathi'i mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami dari Amr bin Murrah, dia berkata: Aku pernah mendengar Abdullah bin Salamah meriwayatkan hadits dari Shafwan bin Assal Al Muradi, dia berkata, "Seorang Yahudi berkata kepada temannya, Mari kita pergi menemui Nabi ini (Muhammad ) untuk bertanya kepadanya tentang ayat ini, "Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata".' (Qs. Al Israa' [17]: 101]. Si Yahudi berkata, 'Jangan kamu katakan kepadanya bahwa dia seorang nabi, karena jika dia mendengarmu maka dia akan memiliki empat mata'. Keduanya pun menanyakannya kepada beliau. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menjawab, 'Janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, jangan mencuri, jangan berzina, jangan membunuh jiwa yang diharamkan Allah dengan cara yang benar, jangan melakukan sihir, jangan memakan riba, jangan membawa orang tak berdosa kepada penguasa untuk dibunuh, jangan menuduh perempuan baik-baik (berbuat zina), dan kalian bangsa Yahudi, khusus untuk hari Sabtu (Sabbath) janganlah kalian melanggar perintah Allah.' Keduanya lalu mencium tangan dan kaki beliau, lantas berkata, Kami bersaksi bahwa engkau seorang nabi'. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya, 'Apa yang menghalangi kalian masuk Islam?' Keduanya menjawab, 'Sesungguhnya Daud berdoa agar senantiasa ada keturunannya yang menjadi nabi, dan kami takut akan dibunuh orang-orang Yahudi (seandainya masuk Islam)'." Hadits ini shahih. Kami tidak mengetahui ada Illat-nya dari berbagai segi. Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Shafwan bin Assal tidak menyebutkan satu hadits pun. Aku mendengar Abu Abdillah Muhammad bin Ya'qub ditanya oleh Muhammad bin Ubaidillah, "Mengapa keduanya meninggalkan hadits Shafwan dan Assal?" Dia menjawab, "Lantaran rusaknya jalur (periwayatan) kepadanya." Al Hakim berkata, "Maksud Abu Abdullah adalah hadits Ashim dari Zirr, karena keduanya meninggalkan Ashim bin Bahdalah. Adapun Abdullah bin Salamah Al Muradi, yang disebut Al Hamadani dan bergelar Abu Al Aliyah, termasuk salah seorang pengikut senior Ali dan Abdullah. Haditsnya telah diriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqash dan Jabir bin Abdullah serta para sahabat lainnya. Abu Az- Zubair Al Makki dan segolongan tabiin telah meriwayatkan darinya." Al Mustadrak 21: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Bahr bin Nashr Al Khaulani menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami, Ibnu Abu Dzi'b memberitakan kepadaku. Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepadaku, Al Hasan bin Ali bin Ziyad memberitakan (kepada kami), Ismail bin Abi Uwais menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Dzi'b mengabarkan kepadaku dari Sa'id bin Abi Sa'id Al Maqburi, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Demi Allah, dia tidak beriman. Demi Allah, dia tidak beriman. Demi Allah, dia tidak beriman." Para Sahabat lalu bertanya, "Apakah itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang tetangganya tidak aman dari kesialannya." Para sahabat lalu bertanya, "Apakah itu kesialannya?" Nabi menjawab, "Kejahatannya." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, dan keduanya tidak meriwayatkannya seperti ini. Keduanya hanya meriwayatkan hadits Abu Az-Zinad dari Al A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya." Al Mustadrak 22: Abu Bakar bin Ishaq dan Abu Bakar bin Salman —dua orang ahli fikih—menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Ubaid bin Syarik menceritakan kepada kami, Yahya bin Bukair menceritakan kepada kami, Al-Laits menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ajian menceritakan kepadaku dari Al Qa'qa' bin Hakim, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang Islam adalah orang yang kaum muslim lainnya selamat dari lidah dan tangannya. Orang beriman adalah orang yang dapat memberi keamanan bagi manusia lainnya pada darah dan harta mereka." Al Bukhari dan Muslim telah sepakat meriwayatkan bagian hadits, "Orang Islam adalah orang yang kaum muslim lainnya selamat dari lidah dan tangannya." dan keduanya tidak meriwayatkan tambahan ini. Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim. Hadits ini juga mengandung tambahan lain sesuai syaratnya, dan Al Bukhari serta Muslim tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 23: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Abu Al Hasan Muhammad bin Sinan Al Qazzaz menceritakan kepada kami, Abu Ashim menceritakan kepada kami, Ibnu Juraij mengabarkan kepada kami, Abu Zubair memberitakan kepadaku bahwa dia pernah mendengar Jabir berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang kaum muslim lainnya selamat dari lidah dan tangannya." Tambahan lainnya shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Selain itu, keduanya tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 24: Abdurrahman bin Al Hasan bin Ahmad Al Qadhi menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Al Husain menceritakan kepada kami, Sa'id bin Abu Maryam dan Abdullah bin Shalih menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Al-Laits menceritakan kepada kami, Abu Hani Al Khaulani menceritakan kepadaku dari Amr bin Malik Al-Laitsi, dari Fudhalah bin Ubaid, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda pada haji Wada', "Maukah kalian kuberitahu tentang (hakikat) seorang mukmin, yaitu orang yang dapat memberi keamanan kepada manusia lainnya pada diri dan harta mereka. Orang muslim adalah orang yang kaum muslim lainnya selamat dari (gangguan) lidah dan tangannya. Orang yang berjihad adalah orang yang dapat memerangi nafsunya dalam menjalani ketaatan. Orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan dosa dan kesalahan." Ada tambahan redaksi lain yang sesuai dengan syarat Muslim namun Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 25: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani menceritakan kepada kami, Hasan bin Musa Al Asyyab menceritakan kepada kami, Hammad menceritakan kepada kami dari Yunus bin Ubaid dan Humaid, dari Anas bin Malik, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang mukmin adalah orang yang manusia lainnya merasa aman (dari gangguannya). Orang muslim adalah orang yang kaum muslim lainnya selamat dari (gangguan) lidah dan tangannya. Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan perbuatan jahat. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya." Tambahan lainnya shahih dan selamat dari riwayat al majruhin (periwayat-periwayat yang cacat), tapi Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 26: Ali bin Hamsyad Al Adi menceritakan kepada kami, Ismail bin Ishaq A1 Qadhi menceritakan kepada kami, Salim bin Harb menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami. Abu Amr dan Muhammad bin Ja'far Al Adi mengabarkan kepadaku, Yahya bin Muhammad menceritakan kepada kami, Ubaidillah bin Muadz menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami dari Amr bin Murrah, dia berkata: Abdullah bin Al Harits menceritakan Irfpa^alm dan dia memujinya dengan kebaikan— dari Abu Katsir, dari Abdullah bin Amr, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkhuthbah di hadapan kami dengan bersabda, "Jauhilah perbuatan zhalim, karena dia (akan menjadi) kegelapan pada Hari Kiamat. Jauhilah kata-kata kotor dan sengaja berkata kotor. Jauhilah sifat kikir, karena kehancuran orang-orang sebelum kalian disebabkan sifat kikir; dia menyuruh memutus tali persaudaraan maka mereka memutus tali persaudaraan, dia menyuruh mereka bakhil maka mereka bersifat bakhil, dan dia menyuruh mereka berbuat durhaka maka mereka berbuat durhaka" Tiba-tiba seorang laki-laki berdiri lantas bertanya, "Wahai Rasulullah, Islam apakah yang paling utama?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Yaitu kaum muslim bisa selamat dari (gangguan) lidah dan tanganmu." Orang itu atau yang lainnya lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, hijrah apakah yang paling utama?" Nabi menjawab, "Kamu meninggalkan hal-hal yang dibenci Tuhanmu." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lanjut bersabda, "Hijrah itu ada dua, yaitu hijrahnya orang kota dan hijrahnya orang desa. Hijrahnya orang desa (badui) adalah memenuhi ketika dipanggil dan mematuhi saat diperintah. Sedangkan hijrahnya orang kota lebih berat cobaannya dan lebih utama pahalanya." Al Bukhari dan Muslim sama-sama meriwayatkan hadits Asy-Sya'bi dari Abdullah bin Amr secara ringkas, tapi keduanya tidak meriwayatkan hadits ini. Keduanya telah sepakat (dalam meriwayatkan hadits) Amr bin Murrah dan Abdullah bin Al Harits An-Najrani. Adapun Abu Katsir Zuhair bin Al Aqmar Az-Zubaidi, telah mendengar (dari) Ali dan Abdullah serta para sahabat sesudah keduanya. Hadits ini dengan bentuknya (redaksinya) juga diriwayatkan oleh Al A'masy dari Amr bin Murrah. Al Mustadrak 27: Ali bin Isa menceritakannya kepada kami, Al Husain bin Muhammad bin Ziyad menceritakan kepada kami, Abdullah bin Amr bin Abban menceritakan kepada kami, Husain bin Ali menceritakan kepada kami, Fudhail bin Iyadh menceritakan kepada kami dari Al A'masy, dari Amr bin Murrah, dari Abdullah bin Al Harits, dari Zuhair bin Al Aqmar, dari Abdullah bin Amr, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Takutlah kalian akan perbuatan zhalim...." Dia lalu menyebutkan haditsnya yang panjang. Tambahan-tambahan yang kami sebutkan ini berasal dari Abdullah bin Amr, yang memiliki syahid yang shahih, sesuai syarat Muslim dari riwayat Abu Hurairah. Al Mustadrak 28: Abu Al Husain Muhammad bin Ahmad Al Qanthari mengabarkan kepada kami, Abu Qilabah menceritakan kepada kami, Abu Ashim menceritakan kepada kami dari Ibnu Ajian. Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepada kami —redaksinya diriwayatkan olehnya—, Ahmad bin Ibrahim bin Malhan mengabarkan kepada kami, Ibnu Bukair menceritakan kepada kami, Al-Laits menceritakan kepadaku dari Muhammad bin Ajian, dari S a'id bin Abu Sa'id Al Maqburi, dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jauhilah oleh kalian perbuatan keji dan sengaja berbuat keji, karena Allah tidak menyukai orang yang berbuat keji dan sengaja berkata kotor. Jauhilah oleh kalian perbuatan zhalim, karena itu merupakan kegelapan pada Hari Kiamat. Jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena dia menyeru orang- orang sebelum kalian hingga mengalirkan darah mereka, menyeru orang-orang sebelum kalian hingga memutus tali kekeluargaan mereka, dan menyeru orang-orang sebelum kalian hingga menghalalkan kehormatan mereka." Al Mustadrak 29: Abu Bakar Ahmad bin Ishaq bin Ayyub Al Faqih menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ghalib menceritakan kepada kami, Muhammad bin Sabiq menceritakan kepada kami. IsraiI menceritakan kepada kami dari Al A'masy, dari Ibrahim» dari Alqamah, dari Abdullah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Bukanlah seorang mukmin yang banyak mencela manusia yang banyak mengutuk, yang banyak berbuat keji, dan yang suka berkata kotor." Hadits ini shahih sesuai syarat dua orang syaikh yang sama-sama berhujjah dengan para periwayat tersebut dari yang paling akhir, kemudian keduanya tidak meriwayatkannya. Kemungkinan yang paling bisa diasumsikan tentang hal ini adalah karena tidak adanya tokoh-tokoh tua dan senior pada sahabat- sahabat Al A'masy dan Israil bin Yunus As-Sabi'i. Al A'masy sendiri bergabung dengan beberapa gurunya, sehingga periwayatannya yang menyendiri dalam hadits ini tidak perlu diingkari. Hadits ini juga memiliki syahid (penguat) lain yang sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, yaitu: Al Mustadrak 30: Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ayyub mengabarkan kepada kami, Ahmad bin Yunus menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin Ayyasy menceritakan kepada kami dari Hasan bin Amr Al Faqimi, dari Muhammad bin Abdurrahman bin Yazid, dari ayahnya, dari Abdullah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bukanlah seorang mukmin orang yang banyak mencela, yang banyak mengutuk, yang banyak berbuat keji, dan suka berkata kotor." Hadits ini memiliki syahid (penguat) kedua yang diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha'i, yang harus diuraikan sekalipun sanadnya tidak sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, yaitu: Al Mustadrak 31: Abu Al Husain Ali bin Abdurrahman bin Mati mengabarkannya kepada kami di Kufah, Al Husain bin Al Hakim Al Hiri menceritakan kepada kami, Ismail bin Aban menceritakan kepada kami, Shabah bin Yahya menceritakan kepada kami dari Ibnu Abi Laila, dari Al Hakam, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Orang mukmin bukanlah orang yang suka mencela orang lain, yang suka berbuat keji, dan suka berkata kotor." Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Laila, sekalipun disnibatkan kepadanya buruk hapalan, tapi dia salah seorang fuqaha Islam dan pengikut senior kalangan putra sahabat dan tabiin dari kalangan Anshar (yaitu bahwa dia seorang tabiut tabiin senior). Al Mustadrak 32: Abu Muhammad Da'laj bin Ahmad As-Sajzi menceritakan kepada kami di Baghdad, Muhammad bin Ali bin Yazid Ash-Shayigh menceritakan kepada kami, Sa'id bin Manshur menceritakan kepada kami, Ya'qub bin Abdurrahman dan Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Amr (maula Al Muthahb), dari Abu Musa Al Asy'ari, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa melakukan suatu kejahatan dan dia membencinya ketika melakukannya, serta melakukan kebaikan dan dia menyukainya (ketika melakukannya), maka dia seorang mukmin." Al Bukhari dan Muslim sama-sama berhujjah dengan para periwayat hadits ini dari yang paling terakhir. Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, dan keduanya tidak meriwayatkannya. Keduanya hanya meriwayatkan khuthbah Umar bin Khaththab: "Barangsiapa merasa gembira dengan kebaikannya dan merasa sedih dengan perbuatan buruknya, maka dia adalah orang beriman." Hadits tersebut juga mempunyai syahid dengan redaksi ini, yaitu: Al Mustadrak 33: Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah Ash-Shaffar mengabarkannya kepada kami, Ahmad bin Muhammad bin Isa Al Qadhi menceritakan kepada kami, Muslim bin Ibrahim menceritakan kepada kami, Hisyam bin Abu Abdillah menceritakan kepada kami dari Yahya bin Abi Katsir, dari Zaid bin Sallam, dari kakeknya (Mamthur), dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya oleh seorang laki-laki, "Wahai Rasulullah, apakah iman itu?" Beliau menjawab, "Apabila kamu merasa senang ketika melakukan kebaikan dan sedih ketika melakukan kejahatan, maka kamu adalah seorang mukmin." Dia bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah dosa itu?" Beliau menjawab, "Apabila sesuatu berkecamuk di dadamu. Oleh karena itu, tinggalkanlah!" Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ali bin Al Mubarak dan Ma'mar bin Rasyid dari Yahya bin Abu Katsir. Hadits Ali bin Al Mubarak adalah: Al Mustadrak 34: Mukram bin Ahmad Al Qadhi menceritakannya kepada kami, Abu Qilabah menceritakan kepada kami, Yahya bin Katsir Al Anbari menceritakan kepada kami, Ali bin Al Mubarak menceritakan kepada kami, Yahya bin Abi Katsir menceritakannya kepadaku, dari Zaid bin Salam, dari kakeknya Abu Salam, dia berkata: Aku pernah mendengar Abu Umamah berkata: Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam "Apakah iman itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Apabila kamu merasa senang ketika melakukan kebaikan dan merasa tidak suka ketika melakukan kejahatan, maka kamu seorang mukmin" Sedangkan hadits Ma'mar adalah: Al Mustadrak 35: Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Abdul Hamid Ash-Shan'ani mengabarkannya kepada kami, Ishaq bin Ibrahim menceritakan kepada kami, Abdurrazzaq menceritakan kepada kami, Ma'mar mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Abi Katsir, dari Zaid bin Salam, dari Abu Salam, dari Abu Umamah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya, "Apakah iman itu?" Beliau menjawab, "Barangsiapa senang ketika melakukan kebaikan dan sedih ketika melakukan kejahatan, maka dia seorang mukmin" Hadits-hadits ini semuanya shahih dan muttashil sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Al Mustadrak 36: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Ar-Rabi bin Salim menceritakan kepada kami, Bisyr bin Bakar menceritakan kepada kami, Ibnu Jabir menceritakan kepadaku, dia berkata: Aku mendengar Sulaim bin Amir berkata: Aku pernah mendengar Auf bin Malik Al Asyja'i berkata: Kami pernah beristirahat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di suatu tempat, lalu pada malam hari aku terbangun. Ternyata di tenda tidak ada yang aku lihat lebih tinggi daripada bagian belakang unta tungganganku, (karena) semua orang dan untanya telah menempel dengan bumi (telah tidur semuanya). Aku pun memeriksa orang-orang hingga aku sampai di tempat tidur Rasulullah SAW. Ternyata, beliau tidak ada di tempatnya. Ketika aku meletakkan tanganku di atas alas tidur, ternyata sangat dingin. Aku lalu keluar untuk memeriksa orang-orang, seraya berkata, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji 'un, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah pergi." ketika aku keluar dari seluruh tenda, aku melihat kerumunan orang, kemudian aku melempar dengan batu lalu mendatangi kerumunan tersebut. Ternyata di sana ada Mu'adz bin Jabal dan Abu Ubaidah bin Al Jarrah, dan di depan kami ada suara seperti bunyi batu gerinda atau suara hujan yang diterpa angin (hujan angin). Sebagian kami lalu berkata kepada sebagian lainnya, "Wahai kalian semua, tetaplah di tempat sampai pagi datang, atau sampai Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam datang." Auf bin Malik kemudian berkata: Kami pun diam ditempat sampai beberapa waktu. Kemudian ada seseorang yang berkata (yaitu Rasulullah), "Apakah ada Mu'adz bin Jabal, Abu Ubaidah bin Al Jarrah dan Auf bin Malik?" Kami menjawab, "Ya." Beliau lalu mendatangi kami, lalu kami pun keluar dan berjalan bersama beliau tanpa menanyakan apa pun dan tanpa memberi tahu beliau sesuatu pun. Beliau lalu duduk di tempat alas tidurnya dan bertanya, "Tahukah kalian apa pilihan yang diberikan Tuhanku pada malam ini?" Kami menjawab, "Allah dan Rasulnya yang lebih tahu." Lalu Beliau bersabda, "Dia telah menyuruhku memilih antara separuh umatku masuk surga atau memilih syafa'at, lalu aku memilih syafa'at." Lalu Kami berkata, "Berdoalah kepada Allah agar menjadikan kami termasuk di dalamnya." Beliau kemudian berkata, "ini untuk setiap muslim." Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, namun Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Para periwayatnya semuanya tsiqah sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tidak ada yang terdapat illat-nya. Akan tetapi di khabar-khabar lainnya tentang syafa'at tidak terdapat redaksi, "Ia untuk setiap muslim." Al Mustadrak 37: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Hakam menceritakan kepada kami, Ibnu Wahab mengabarkan kepada kami, Sufyan Ats-Tsauri memberitakan kepadaku. Abu Al Abbas Muhammad bin Ahmad Al Mahbubi mengabarkan kepada kami di Marwa, Ahmad bin Sinan menceritakan kepada kami, Abu Bakar Ahmad bin Ishaq menceritakan kepada kami, Yusuf bin Ya'qub mengabarkan kepada kami, keduanya berkata: Muhammad bin Katsir menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dari Ibnu Abi Najih, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memerangi suatu kaum sebelum berdakwah dahulu kepada mereka." Hadits ini shahih dari hadits Ats-Tsauri, namun Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Muslim berhujjah dengan Abu Najih, ayahnya Abdullah, namanya adalah Yasar, dan dia termasuk budak yang dimerdekakan di Makkah. Redaksi ini juga diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Keduanya sama-sama sepakat meriwayatkan hadits Abdullah bin Aun, "Aku menulis surat kepada Nafi (maula Abdullah bin Umar) guna menanyakan perihal berperang sebelum berdakwah. Dia lalu menulis surat kepadaku yang isinya mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyerang bani Mushtaliq. Di dalamnya disebutkan, وَكَانَ الدَّعْوَةُ قَبْلَ الْقِتَالِ "Dakwahnya adalah sebelum peperangan." Al Mustadrak 38: Ali bin Hamsyad Al Adi menceritakan kepada kami, Hisyam bin Ali As-Sairafi menceritakan kepada kami, Abdullah bin Raja' menceritakan kepada kami, Sa'id bin Salamah menceritakan kepada kami dari Abu Al Husam, Muhammad bin Al Munkadir menceritakan kepada kami, bahwa dia pernah mendengar Rabi'ah bin Abbad Ad-Duali, dia berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkhutbah di rumah-rumah mereka di Mina sebelum beliau hijrah ke Madinah, 'Wahai kalian semua, sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun'. Ternyata di belakangnya ada seorang laki-laki yang berkata, 'Wahai kalian semua, sesungguhnya orang ini bermaksud menyuruh kalian agar meninggalkan agama nenek moyang kalian'. Aku pun bertanya, 'Siapakah orang ini?' Ada yang menjawab, 'Abu Lahab'." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Para periwayatnya dari yang terakhir tsiqah tsabat. Barangkali keduanya atau salah seorang dari keduanya meragukan bahwa Rabi'ah bin Abbad tidak memiliki periwayat selain Muhammad bin Al Munkadir. Abu Az-Zinad Abdullah bin Dzakwan meriwayatkan hadits ini darinya dengan redaksi yang serupa. Al Mustadrak 39: Abu Muhammad Abdurrahman bin Hamdan Al Jallab mengabarkan kepada kami di Hamadan, Abu Hatim Ar-Razi menceritakan kepada kami, Sa'id bin Abu Maryam menceritakan kepada kami, Ibnu Abi Az-Zinad menceritakan kepada kami, ayahku mengabarkan kepadaku, Rabi'ah bin Abbad Ad-Du'ali menceritakan kepadaku, dia berkata: Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di pasar Dzil Majaz pada masa Jahiliyah. Beliau bersabda, "Wahai sekalian manusia, ucapkanlah 'la ilaha illallah', maka kalian akan beruntung." Rabi'ah berkata: Beliau mengulanginya berkali-kali, sehingga orang-orang berkumpul dan mengikuti beliau. Ternyata di belakangnya ada seorang laki-laki juling yang mempunyai dua jalinan rambut dan bersih wajahnya, dia berkata, "Sesungguhnya dia seorang shabi' (orang yang keluar dari agama Quraisy) dan pendusta." Aku pun bertanya, "Siapakah orang ini?" Mereka menjawab, 'Pamannya, Abu Lahab." Aku mengambil syahid dengan Abdurrahman bin Abu Az-Zinad karena mengikuti keduanya yang juga mengambil syahid dengannya. Al Mustadrak 40: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani menceritakan kepada kami, Abu Ashim menceritakan kepada kami, Shalih bin Rustum menceritakan kepada kami dari Ibnu Abi Mulaikah, dari Aisyah, dia berkata, "Seorang nenek-nenek datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau sedang berada di sampingku, maka Rasulullah bertanya kepadanya, 'Siapakah engkau?' Dia menjawab, 'Aku Jutsamah (perempuan yang menakutkan) Al Muzniyah'. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda, 'Justru engkau Hassanah (perempuan yang baik dan menarik) Al Muzniyah. Bagaimana kalian, bagaimana kabar kalian, bagaimana kondisi kalian setelah (ditinggal) kami?' Dia menjawab, 'Baik, demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah'. Tatkala perempuan tersebut keluar, aku (Aisyah) pun bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah terhadap nenek-nenek tadi engkau menyambutnya sedemikian rupa?' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menjawab, 'Sesungguhnya dia pernah datang kepada kami pada masa Khadijah, dan perjanjian yang baik termasuk bagian dari iman'." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Keduanya telah sepakat berhujjah dengan para periwayatnya dalam banyak hadits, dan tidak terdapat illat-nya. Al Mustadrak 41: Abu Zakaria Yahya bin Muhammad bin Abdullah Al Anbari menceritakan kepada kami, Abu Abdillah Muhammad bin Ibrahim Al Abdi menceritakan kepada kami, Musa bin Ayyub An- Nashabi menceritakan kepada kami. Abu Bakar Ahmad bin Ishaq Al Faqih menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ahmad Al Walid Al Karabisi mengabarkan kepada kami, Shafwan bin Shalih Ad-Dimasyqi menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Al Walid bin Muslim menceritakan kepada kami, Syu'aib bin Abu Hamzah menceritakan kepada kami dari Abu Az-Zinad, dari Al A'raj, dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Barangsiapa menghapalnya maka akan masuk surga. Sesungguhnya Dia ganjil dan menyukai yang ganjil. (Dialah Allah) yang tidak ada tuhan selain Dia, Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah), Ar-Rahim (Yang Maha Penyayang), Al Malik (Maha Raja), Al Quddus (Maha Suci), As-Salam (Maha Sejahtera), Al Mu min (Yang Maha Tepercaya), Al Muhaimin (Yang Maha Memelihara), Al Aziz (Yang Maha Perkasa), Al Jabbar (Yang Kehendak-Nya tidak dapat diingkari), Al Mutakabbir (Yang Memiliki segala keagungan), Al Khaliq (Maha Pencipta), Al Bari' (Yang Mengadakan dari tiada), Al Mushawwir (Yang Membentuk Rupa), Al Ghaffar (Yang Maha Pengampun), Al Qahhar (Yang Maha Mengalahkan), Al Wahhab (Maha Pemberi), Ar-Razzaq (Yang Maha Pemberi rezeki), Al Fattah (Yang Maha Pembuka [hati]), Al Alim (Yang Maha Mengetahui), Al Qabidh (Yang Maha Mengendalikan), Al Basith (Yang Maha Melapangkan), Al Khafidh (Yang Merendahkan), Ar-Rafi' (Yang Meninggikan), Al Mu'iz (Yang Maha Terhormat), Al Mudzil (Yang Maha Menghinakan), As-Sami' (Yang Maha Mendengar), Al Bashir (Yang Maha Melihat), Al Hakam (Yang Memutuskan Hukum), Al Adi (Yang Maha Adil), Al-Lathif (Yang Maha Lembut), Al Khabir (Yang Maha Mengetahui), Al Halim (Yang Maha Penyantun), Al Azhim (Yang Maha Agung), Al Ghafur (Yang Maha Pengampun), Asy-Syakur (Yang Menerima Syukur), Al Ali (Yang Maha Tinggi), Al Kabir (Yang Maha Besar), Al Hafizh (Yang Maha Menjaga), Al Mughits (Yang Maha Memberi Pertolongan —dalam haditsnya Shafwan berkata: Al Muqit (Yang Maha Memelihara), dan pendapat ini juga dikatakan oleh Abu Bakar Muhammad bin Ishaq dalam Mukhtashar Ash-Shahih—, Al Hasib (Yang Maha Membuat Perhitungan), Al Jalil (Yang Maha Luhur), Al Karim (Yang Maha Mulia), Ar-Raqib (Yang Maha Mengawasi), Al Mujib (Yang Maha Mengabulkan), Al Wasi' (Yang Maha Luas), Al Hakim (Yang Maha Bijaksana), Al Wadud (Yang M Maha Mengasihi), Al Majid (Yang Maha Mulia), Al Ba'its (Yang Membangkitkan), Asy-Syahid (Yang Maha Menyaksikan), Al Haq (Yang Maha Benar), Al Wakil (Yang Maha Memelihara), Al Qawiyy (Yang Maha Kuat), Al Matiin (Yang Maha Kokoh), Al Wali (Yang Maha Melindungi), Al Hamid (Yang Maha Terpuji), Al Muhshi (Yang Maha Menghitung), Al Mubdi' (Yang Maha Memulai), Al Mu'id (Yang Maha Mengembalikan), Al Muhyi (Yang Maha Menghidupkan), Al Mumit (Yang Maha Mematikan), Al Hayyu (Yang Maha Hidup), Al Qayyuum (Yang Maha Mandiri), Al Wajid (Yang Maha Menemukan), Al Majid (Yang Maha Mulia), Al Wahid (Yang Maha Tunggal), Ash-Shamad (Yang Maha Dibutuhkan), Al Qadir (Yang Maha Kuat), Al Muqtadir (Yang Maha Berkuasa), Al Muqaddim (Yang Maha Mendahulukan), Al Muakhkhir (Yang Maha Mengakhirkan), Al Awwal (Yang Maha Permulaan), Al Akhir (Yang Maha Akhir), Azh- Zhahir (Yang Maha Nyata), Al Bathin (Yang Maha Gaib), Al Wali (Yang Maha Memerintah), Al Muta'ali (Yang Maha Tinggi), Al Barr (Yang Maha Dermawan), At-Tawwab (Yang Maha Penerima Tobat), Al Muntaqim (Yang Maha Penyiksa), Al Afuwwu (Yang Maha Pemaaf), Ar-Rauf (Yang Maha Pengasih), Malik Al Mulk (Yang Mempunyai Kerajaan), Dzu Al Jalal wa Al Ikram (Yang Maha Memiliki Kebesaran serta Kemuliaan), Al Muqsith (Yang Maha Adil), Al Jami' (Yang Maha Pengumpul), Al Ghaniyy (Yang Maha Kaya), Al Mughni (Yang Maha Mencukupi), Al Mani' (Yang Maha Mencegah), Adh-Dharr (Yang Maha Memberi Derita), An-Nafi' (Yang Maha Memberi Manfaat), An-Nur (Yang Maha Bercahaya), Al Hadi (Yang Maha Memberi Petunjuk), Al Badi' (Yang Maha Pencipta), Al Baqi (Yang Maha Kekal), Al Warits (Yang Maha Mewarisi), Ar-Rasyid (Yang Maha Pandai), dan Ash-Shabur (Yang Maha Sabar) " Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dalam Ash-Shahihain dengan sanad-sanad yang shahih tanpa menyebutkan nama-nama (Allah) di dalamnya. Illat-nya menurut keduanya adalah karena Al Walid bin Muslim menyendiri dalam memaparkannya secara panjang lebar. Dia menyebutkan nama-nama Allah, sementara yang lain tidak menyebutkannya. Tapi ini bukan merupakan Illat, karena aku tidak mengetahui ada perselisihan di kalangan Imam hadits bahwa Al Walid bin Muslim lebih tsiqah dan lebih hafizh, serta lebih alim dan lebih mulia, daripada Abu Al Yaman, Bisyr bin Syu'aib, Ali bin Ayyasy, dan teman-teman Syu'aib lainnya. Kemudian kami menelitinya (lagi), dan kami temukan bahwa hadits ini diriwayatkan (juga) oleh Abdul Aziz bin Al Hashin dari Ayyub As-Sakhtiyani dan Hisyam bin Hassan, yang sama-sama meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dengan redaksinya yang panjang. Al Mustadrak 42: Abu Muhammad Abdurrahman bin Hamdan Al Jallab menceritakannya kepada kami di Hamadan, Al Amir Abu Al Haitsam Khalid bin Ahmad Adz-Dzuhali menceritakan kepada kami di Hamadan, Abu Asad Abdullah bin Muhammad Al Balkhi menceritakan kepada kami, Khalid bin Makhlad Al Quthuni menceritakan kepada kami. Muhammad bin Shalih bin Hani' dan Abu Bakar bin Abdullah menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Hasan bin Sufyan menceritakan kepada kami, Ahmad bin Sufyan An-Nasai menceritakan kepada kami, Khalid bin Makhlad menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Hashin bin At-Tuijuman menceritakan kepada kami, Ayyub As-Sakhtiyani dan Hisyam bin Hassan menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama. Barangsiapa menghapalnya maka akan masuk surga, yaitu: Ar- Rahman, Ar-Rahim, Al Ilah, Ar-Rabb, Al Malik, Al Quddus, As-Salam, Al Mu 'min, Al Muhaimin, Al Aziz, Al Jabbar, Al Mutakabbir, Al Khaliq, Al Bari ', Al Mushawwir, Al Halim, Al Alim, As-Sami', Al Bashir, Al Hayyu, Al Qayyum, Al Wasi', Al-Lathif, Al Khabir, Al Hannan, Al Mannan, Al Badi ', Al Wadud, Al Ghafur, Asy-Syakur, Al Majid, Al Mubdi'u, Al Mu'id, An-Nur, Al Awwal, Al Akhir, Azh- Zhahir, Al Bathin, Al Ghaffar, Al Wahhab, Al Qadir, Al Ahad, Ash- Shamad, Al Kafi, Al Baqi, Al Wakil, Al Majid, Al Mughits, Ad-Daim, Al Muta 'al, Dzu Al Jalai Wa Al Ihram, Al Maula, An-Nashir, Al Haq, Al Mubin, Al Ba'its, Al Mujib, Al Muhyi, Al Mumit, Al Jamil, Ash-Shadiq, Al Haflzh, Al Kabir, Al Qarib, Ar-Raqib, Al Fattah, At-Tawwab, Al Qadim, Al Witr, Al Fathir, Ar-Razzaq, Al Allam, Al Aliy, Al Azhim, Al Ghaniyy, Al Malik, Al Muqtadir, Al Akram, Ar-Rauf, Al Mudabbir, Al Malik, Al Qadir, Al Hadi, Asy-Syakir, Ar-Rafi ', Asy- Syahid, Al Wahid, Dzu Ath-Thul, Dzu Al Ma'arij, Dzu Al Fadhl, Al Khallaq, Al Kafil, Al Jalil, dan Al Karim " Hadits ini dihapal dari hadits Ayyub dan Hisyam, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah, secara ringkas tanpa menyebutkan nama-nama-Nya yang merupakan tambahan, yang semuanya ada di dalam Al Qur'an. Abdul Aziz bin Al Hashin bin At-Tuijuman orang yang tsiqah, sekalipun keduanya tidak meriwayatkannya. Aku menyebutkannya hanya sebagai syahid terhadap hadits Al Mustadrak 43: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Marzuq menceritakan kepada kami, Wahab bin Jarir menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami. Abdurrahman bin Hasan Al Qadhi mengabarkan kepada kami di Hamadan, Ibrahim bin Husain menceritakan kepada kami, Adam bin Abu Iyas menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami. Abu Bakar bin Ishaq dan Abu Bakar bin Babawaih menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Muhammad bin Ghalib menceritakan kepada kami, Affan dan Muhammad bin Katsir serta Abu Amr Al Haudhi menceritakan kepada kami, mereka berkata: Syu'bah menceritakan kepada kami, Salamah bin Kahil mengabarkan kepadaku, dia berkata: Aku pemah mendengar Isa —seorang laki-laki bani Asad— menceritakan dari Zirr, dari Abdullah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Thiyarah adalah syirik, akan tetapi Allah Azza wa Jalla menghilangkannya dengan tawakkal" Isa di sini adalah Ibnu Ashim Al Asadi, orang Kufah yang tsiqah. Al Mustadrak 44: Abu Abdillah Muhammad bin Ya'qub Al Hafizh menceritakan kepada kami dengan benar terhadap apa yang disebutkan kepada kami, Yahya bin Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kami, Musaddad menceritakan kepada kami, Yahya menceritakan kepada kami. Abu Bakar bin Abdullah mengabarkan kepadaku, Hasan bin Sufyan menceritakan kepada kami, Muhammad bin Khallad Al Bahili menceritakan kepada kami, Yahya bin Sa'id menceritakan kepada kami dari Syu'bah, dari Salamah bin Kuhail, dari Isa bin Ashim, dari Zirr, dari Abdullah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Thiyarah termasuk syirik, dan tidak seorang pun dari kita (kecuali mengalami gangguan ini), namun Allah menghilangkannya dengan tawakal.'' Sanad hadits ini shahih dan para periwayatnya tsiqah, tapi Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Mengenai Isa bin Ashim Al Asadi, dia juga telah meriwayatkan dari Adi bin Tsabit dan periwayat lainnya. Syu'bah, Jarir bin Hazi, Muawiyah bin Shalih, dan lainnya meriwayatkan darinya. Al Mustadrak 45: Abu Ja'far Muhammad bin Shalih bin Hani' menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Abi Thalib menceritakan kepada kami, Husain bin Muhammad bin Ziyad menceritakan kepada kami, mereka berkata: Yahya bin Ishaq bin Ibrahim menceritakan kepada kami, Jarir memberitakan (kepada kami) dari Hasan bin Ubaidillah An-Nakha'i, dari Sa'ad bin Ubaidah, dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Barangsiapa bersumpah dengan selain (nama) Allah, maka dia telah kafir." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Keduanya sama-sama berhujjah dengan sanad ini dan meriwayatkannya dalam Al Kitab. Hadits ini tidak ber-illat, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Ada pula syahid sesuai syarat Muslim. Dia berhujjah dengan Syarik bin Abdullah An-Nakha'i: Al Mustadrak 46: Abu Bakar bin Ishaq dan Amr bin Manshur Al Adi menceritakannya kepada kami, keduanya berkata: Amr bin Hafsh As- Sadusi menceritakan kepada kami, Ashim bin Ali memberitakan kepada kami, Syarik bin Abdullah menceritakan kepada kami dari Hasan bin Ubaidillah, dari Sa'ad bin Ubaidah, dari Ibnu Umar, dia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap sumpah yang disumpahkan dengan (nama) selain Allah, merupakan syirik." Al Mustadrak 47: Abu Abdillah Husain bin Hasan bin Ayyub At-Tauqani menceritakan kepada kami, Abu Yahya Abdullah bin Ahmad bin Zakaria bin Abu Maisarah Al Makki menceritakan kepada kami. Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah Ash-Shaffar dan Abu Bakar bin Ishaq Al Faqih mengabaikan kepada kami, keduanya berkata: Bisyr bin Musa memberitakan (kepada kami), keduanya berkata: Abdullah bin Yazid Al Muqri menceritakan kepada kami, Sulaiman bin Al Mughirah menceritakan kepada kami dari Humaid bin Hilal, dia berkata: Abu Al Aliyah pernah mendatangiku dan temanku, dia berkata, "Kemarilah, kalian berdua lebih muda dan lebih cepat memahami hadits daripada aku." Kami pun pergi bersamanya hingga tiba di hadapan Nashr bin Ashim Al-Laitsi, lalu dia berkata, ''Ceritakanlah kepada mereka berdua ini hadits yang ada padamu." Nashr lalu berkata, "Utbah bin Malik menceritakan kepada kami —ia termasuk kelompoknya— bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim sariyyah (satuan pasukan), lalu mereka menyerang suatu kaum. Ada seseorang dari kaum tersebut yang melarikan diri, dan ada salah seorang sariyyah mengikuti orang tersebut dengan pedang terhunus. Orang yang melarikan diri tersebut lalu berkata, 'Sesungguhnya aku telah masuk Islam. Tapi rupanya anggota sariyyah tersebut tidak mempedulikannya dan justru memukulnya dengan pedangnya sehingga orang tersebut meninggalkan dunia. Akhirnya berita itu tersebar hingga ke telinga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau pun mengeluarkan kata-kata pedas (marah besar), hingga sampai ke telinga si sariyyah (yang membunuh orang tersebut). Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang berkhutbah, si sariyyah (yang membunuh orang tersebut) berkata, Wahai Rasulullah, demi Allah, orang tersebut tidak mengucapkannya (bahwa dia telah masuk Islam) kecuali untuk menghindari agar dia tidak dibunuh'. Tapi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpaling darinya serta meneruskan khutbahnya. Kemudian untuk kedua kalian si sariyyah (yang membunuh orang tersebut) berkata, 'Wahai Rasulullah, demi Allah, orang tersebut mengucapkannya (bahwa dia telah masuk Islam) agar dia tidak dibunuh'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tetap berpaling darinya dan tetap meneruskan khuthbahnya. Kemudian karena tak sabar, dia mengulanginya untuk ketiga kalinya, 'Wahai Rasulullah, demi Allah, orang tersebut mengucapkannya (bahwa dia telah masuk Islam) agar dia tidak dibunuh'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menghadap kepadanya dengan raut muka yang menunjukkan ketidaksukaan, seraya bersabda, 'Sesungguhnya Allah tidak suka terhadap orang yang membunuh seorang mukmin'. Beliau mengucapkannya sampai tiga kali." Redaksi serupa telah diriwayatkan oleh Muslim dalam musnad shahih-nya.. Dia berhujjah dengan Nashr bin Ashim Al-Laitsi dan Sulaiman bin Mughirah. Uqbah bin Malik Al-Laitsi merupakan seorang sahabat yang haditsnya diriwayatkan dalam kitab-kitab para imam, (seperti) dalam Al Wujdan. Aku sendiri telah menjelaskan syaratku di awal kitabku, bahwa aku meriwayatkan hadits sahabat dari yang paling akhir jika jalur (periwayatan) kepada mereka shahih. Yunus bin Ubaid memperkuat Sulaiman bin Mughirah pada riwayatnya dari Humaid sesuai syarat Muslim. Al Mustadrak 48: Abu Ali Al Husain bin Ali Al Hafizh menceritakannya kepada kami, Abu Khalifah Al Fadhl bin Muhammad bin Syu'aib Al Qadhi mengabarkan kepada kami, Ahmad bin Yahya bin Humaid menceritakan kepada kami, Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari Yunus bin Ubaid, dari Humaid bin Hilal, dari Nashr bin Ashim, dari Uqbah bin Malik, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Amma Ba 'du, aku heran dengan orang yang membunuh seseorang yang berkata, 'Aku seorang muslim'." Si pembunuh lalu berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia mengatakannya (agar tidak dibunuh)." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda demikian. Beliau tidak suka dengan ucapannya dan memalingkan wajahnya darinya seraya bersabda, "Allah tidak suka dengan orang yang membunuh seorang muslim. Allah tidak suka dengan orang yang membunuh seorang muslim" Al Mustadrak 49: Ahmad bin Utsman bin Yahya Al Adami menceritakan kepada kami di Baghdad, Abu Bakar bin Abu Al Awwam menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Hammam mengabarkan kepada kami. Abu Bakar Ahmad bin Salman Al Faqih menceritakan kepada kami, Ahmad bin Muhammad bin Isa menceritakan kepada kami, Musa bin Ismail menceritakan kepada kami. Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepada kami, Muhammad bin Muhammad bin Hibban Al Anshari memberitakan (kepada kami), Abu Al Walid dan Musa bin Ismail memberitakan (kepada kami), keduanya berkata: Hammam bin Yahya menceritakan kepada kami dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, dia berkata: Syaibah Al Hadhrami menceritakan kepadaku, bahwa dia pernah menyaksikan Urwah bin Zubair menceritakan kepada Umar bin Abdul Aziz dari Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tiga macam orang yang aku bersumpah atas (eksistensi) mereka: Allah tidak akan menjadikan orang yang memiliki saham (bagian) dalam Islam seperti orang yang tidak memiliki saham. Saham-saham Islam adalah puasa, shalat, dan sedekah. Tidaklah Allah mengurus seorang hamba (di dunia) lalu dia menjadikan orang lain mengurusnya pada Hari Kiamat, [dan tidaklah seseorang mencintai suatu kaum kecuali Allah akan menjadikannya bersama mereka]. Yang keempat, aku bersumpah atas (eksistensinya) dan aku berharap aku tidak berdosa: Tidaklah Allah menutupi (keburukan) seorang hamba di dunia kecuali Dia akan menutupinya di akhirat." Umar bin Abdul Aziz berkata, "Apabila kalian mendengar hadits ini, yang diriwayatkan dari Urwah dari Aisyah, maka hapalkanlah!" Syaibah Al Hadhrami telah diriwayatkan oleh Al Bukhari. Dia berkata dalam At-Tarikh, "Ia disebut Al Khudhari, pernah mendengar Urwah dan Umar bin Abdul Aziz." Sanad hadits ini shahih, tapi Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 50: Abu Bakar Ahmad bin Ishaq bin Ayyub Al Faqih menceritakan kepada kami, Hasan bin Ali bin Ziyad menceritakan kepada kami, S a'id bin Sulaiman Al Wasithi menceritakan kepada kami. Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Al Abbas bin Muhammad Ad-Duri menceritakan kepada kami, Yahya bin Ma'in menceritakan kepada kami. Ali bin Isa menceritakan kepada kami, Ahmad bin Najdah menceritakan kepada kami, dan Sa'id bin Manshur menceritakan kepada kami, mereka berkata: Husyaim menceritakan kepada kami dari Daud bin Abu Hind, dari Abu Harb bin Abu Al Aswad, dari Fudhalah Al-Laitsi, dia berkata: Aku mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Aku ingin masuk Islam, maka ajarkanlah aku sebagian syariat Islam." Nabi lalu menjelaskan tentang shalat, puasa bulan Ramadhan, dan waktu-waktu shalat. Aku kemudian bertanya, "Wahai Rasulullah, engkau menyebutkan waktu-waktu yang pada saat itu aku sedang sibuk, akan tetapi ajarkanlah aku kata-kata yang ringkas saja." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jika kamu sibuk maka janganlah kamu tinggalkan dua Ashar?' Aku pun bertanya, "Apakah dua Ashar itu? Itu bukan berasal dari bahasa kaumku." Beliau menjawab, "Shalat Fajar dan shalat Ahsar" Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, namun Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Di dalamnya terdapat redaksi yang tidak diriwayatkan keduanya dengan sanad yang lain. Yang paling banyak bermanfaat adalah penjelasan tentang syariat-syariat Islam yang terdapat dalam hadits Abdul Aziz bin Abu Daud, dari Alqamah bin Martsad, dari Yahya bin Ya'mar, dari Ibnu Umar, tapi dia tidak termasuk dalam syarat salah satu dari keduanya. Dalam sanad ini riwayat Husyaim bin Basyir dari Daud bin Abu Hind diperselisihkan, akan tetapi, perselisihan tersebut tidak sampai membahayakan hadits ini, bahkan justru membuatnya semakin kuat. Al Mustadrak 51: Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Asy-Syafi'i menceritakan kepada kami, Muhammad bin Bisyr bin Mathr menceritakan kepada kami, Wahab bin Baqiyyah menceritakan kepada kami. Ali bin Isa menceritakan kepada kami, Husain bin Muhammad bin Ziyad dan Ishaq bin Syahin menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Khalid bin Abdullah menceritakan kepada kami dari Daud, dari Abu Harb, dari Abdullah bin Fadhalah, dari ayahnya, dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajariku, dan di antara yang beliau ajarkan kepadaku adalah, 'Peliharalah shalat lima waktu!' Aku lalu bertanya, 'Itu merupakan saat-saat aku sedang sibuk. Oleh karena itu, beritahukanlah kepadaku sesuatu yang bisa menghimpun semuanya, yang seandainya aku lakukan maka dapat mencukupiku'. Beliau lalu bersabda, 'Peliharalah dua Ashar'. Itu bukan termasuk bahasa kanu, maka aku bertanya, 'Apa itu dua Ashar?' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Shalat sebelum terbitnya matahari dan shalat sebelum terbenamnya matahari'." Abu Harb bin Abu Al Aswad Ad-Du'ali adalah seorang tabiin senior yang memiliki (guru) beberapa sahabat senior, sering mendengar dari Fadhalah bin Ubaid. Husyaim bin Basyir adalah seorang hafizh yang terkenal hapalannya. Khalid bin Abdullah Al Wasithi adalah pengarang kitab. Demikianlah secara globalnya, sebagaimana Muslim dalam pembahasan iman juga meriwayatkan hadits Syu'bah dari Utsman bin Abdullah bin Mauhab dan setelahnya, dari Muhammad bin Utsman, dari ayahnya. Al Mustadrak 52: Ali bin Hamsyad Al Adi menceritakan kepadaku, Ubaid bin Abdul Wahid menceritakan kepada kami. Ahmad bin Muhammad Al Anazi mengabarkan kepadaku, Utsman bin Sa'id Ad-Darimi menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Muhammad bin Abu As-Sirri Al Asqalani menceritakan kepada kami, Walid bin Muslim menceritakan kepada kami, Tsaur bin Yazid menceritakan kepada kami dari Khalid bin Ma'dan, dari Abu Hurairah , dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya Islam memiliki tanda dan rambu seperti rambu jalan" Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari. Hadits ini diriwayatkan dari Muhammad bin Khalaf Al Asqalani. Dia (Al Bukhari) berhujjah dengan Tsaur bin Yazid Asy-Syami. Adapun mendengarnya Khalid bin Ma'dan dari Abu Hurairah, tidaklah aneh. Walid bin Muslim telah meriwayatkan dari Tsaur bin Yazid, darinya (Khalid), dia berkata, "Aku pernah bertemu dengan 17 orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam." Barangkali orang yang keliru akan mengatakan bahwa redaksi ini syadz, maka hendaknya dia melihat dua kitab (Ash-Shahihain) agar dia bisa menemukan bahwa redaksi-redaksi syadz yang tidak mempunyai kecuali satu sanad adalah sesuatu yang tidak perlu diherankan. Kemudian dia hendaknya men-qiyas-kannya dengan redaksi ini. Hadits lain dengan sanad ini: Al Mustadrak 53: Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepada kami, Ubaid bin Abdul Wahid menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abu As-Sari menceritakan kepada kami, Walid bin Muslim menceritakan kepada kami dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma'dan, dari Abu Hurairah , dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Islam adalah menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, berhaji ke Baitullah, amar ma'ruf nahi mungkar, dan menyampaikan (berdakwah) kepada keluargamu. Barangsiapa mengurangi salah satunya, maka itu merupakan bagian Islam yang dia tinggalkan. Barangsiapa meninggalkannya secara keseluruhan, maka Islam telah melepaskan diri dari punggungnya (yaitu dia bukan orang Islam lagi)" Hadits ini seperti hadits pertama dalam kelurusannya. Al Mustadrak 54: Abdurrahman bin Hasan Al Qadhi mengabarkan kepada kami di Hamadan, Ibrahim bin Husain menceritakan kepada kami, Adam bin Abi Iyas menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami. Husain bin Ali mengabarkan kepadaku, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ja'far menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami dari Yahya bin Abu Sulaim, dia berkata: Aku pernah mendengar Amr bin Maimun meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Maukah kamu kuberitahu -atau bersabda: Maukah kamu kutunjukkan- suatu kalimat (yang berasal) dari bawah Arsy yang merupakan perbendaharaan surga? Ucapkanlah, 'laa haula wa laa quwwata illaa billaah', maka Allah Azza wa Jalla akan berfirman, 'Hamba-Ku telah tunduk dan berserah diri kepada-Ku'." Hadits ini shahih dan tidak diketahui ada illat-nya, tapi Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Muslim berhujjah dengan Yahya bin Abu Sulaim. Al Mustadrak 55: Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Balawaih menceritakan kepadaku, Muhammad bin Ghalib bin Harb menceritakan kepada kami. Husain bin Ali mengabarkan kepadaku, Muhammad bin Ishaq menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Ali bin Muslim Ath-Thusi menceritakan kepada kami, Abdushshamad bin Abdul Warits menceritakan kepada kami. Abu Ali Al Husain bin Ali Al Hafizh menceritakan kepada kami, Ali bin Al Abbas Al Bajali, berkata: Abdul Warits bin Abdushshamad menuturkan, dia berkata: Ayahku menceritakan kepadaku, Syu'bah menceritakan kepada kami dari Al A'masy, dari Zaid bin Wahab, dari Abdullah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seandainya ada dua orang laki-laki masuk Islam, lalu keduanya memutuskan hubungan, maka salah seorang dari keduanya keluar dari Islam sampai pihak yang memutuskan hubungan, kembali (menyambung tali silaturrahim)" Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, dan keduanya tidak meriwayatkannya. Abdushshamad bin Abdul Warits bin Sa'id orang yang tsiqah mafmun. Keduanya sama-sama meriwayatkannya, selain hadits yang dia menyendiri (dalam periwayatannya) dari ayahnya, dari Syu'bah, dan yang lain. Al Mustadrak 56: Abu An-Nadhr Al Faqih dan Abu Al Husain Al Hiri menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Utsman bin Sa'id Ad- Darimi menceritakan kepada kami. Abu Ja'far Muhammad bin Shalih bin Hani' menceritakan kepada kami, Al Fadhl bin Muhammad bin Al Mussayyib menceritakan kepada kami. Ali bin Hamsyad menceritakan kepada kami, Ubaid bin Abdul Wahid menceritakan kepada kami, mereka berkata: Sa'id bin Abu Maryam menceritakan kepada kami, Nafi' bin Yazid mengabarkan kepada kami, Ibnu Al Had Sa'id bin Abu Sa'id menceritakan kepada kami, bahwa dia pernah mendengar Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila seorang hamba berzina, maka keluarlah iman darinya, dan dia seperti tempat berlindung. Apabila dia telah meninggalkannya, maka iman kembali lagi kepadanya." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Keduanya sama-sama berhujjah dengan para periwayatnya. Dia juga mempunyai syahid sesuai syarat Muslim. Al Mustadrak 57: Abu Bakar Muhammad bin Hamdan Ash-Shairafi menceritakan kepada kami di Marwa, Abdushshamad bin Al Fadhl menceritakan kepada kami. Ja'far bin Muhammad bin Nashir menceritakan kepada kami di Baghdad, Bisyr bin Musa menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Abu Abdurrahman Al Muqri menceritakan kepada kami, Sa'id bin Abu Ayyub menceritakan kepada kami, Abdullah bin Al Walid menceritakan kepada kami dari Ibnu Hujairah, bahwa dia pernah mendengar Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berzina dan meminum khamer, maka Allah melepaskan iman darinya, seperti seseorang yang melepas baju dari kepalanya." Muslim berhujjah dengan Abdurrahman bin Hujairah dan Abdullah bin Al Walid. Keduanya merupakan orang Syam. Al Mustadrak 58: Abu Bakar bin Ishaq Al Faqih menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ghalib mengabarkan kepada kami, Musa bin Ismail mengabarkan kepada kami, Jarir bin Hazim menceritakan kepada kami dari Ya'la bin Hakim, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Umar , dia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Malu dan iman saling berbarengan, apabila salah satunya diangkat maka diangkat pula yang lainnya." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Keduanya sama-sama berhujjah dengan para periwayatnya, tapi tidak meriwayatkannya dengan redaksi ini. Al Mustadrak 59: Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepada kami, Ahmad bin Yahya bin Razin menceritakan kepada kami, Harun bin Ma'ruf menceritakan kepada kami, Abdullah bin Wahab menceritakan kepada kami, Abu Shakhr menceritakan kepadaku dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya orang mukmin itu saling menyayangi, dan tidak ada kebaikan pada orang yang tidak menyayangi serta tidak disayangi" Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Aku tidak mengetahui ada illat-nya, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 60: Abu Abdillah Muhammad bin Ya'qub Al Hafizh menceritakan kepada kami, Ahmad bin An-Nadhr bin Abdul Wahhab menceritakan kepada kami, Muhammad bin Bakar Al Maqdami menceritakan kepada kami, Fudhail bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Musa bin Uqbah menceritakan kepada kami, bahwa dia mendengar Ubaidillah bin Sulaiman (meriwayatkan) dari ayahnya, dari Abu Ayyub Al Anshari , dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak seorang hamba pun yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menjauhi dosa-dosa besar, kecuali dia akan masuk surga." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa itu dosa-dosa besar?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Menyekutukan Allah, lari dari peperangan, dan membunuh jiwa" Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim. Aku tidak mengetahui ada illat-nya, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 61: Ibrahim bin Ishmah bin Ibrahim Al Adi mengabarkan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Yahya bin Yahya menceritakan kepada kami, Yazid bin Al Miqdam bin Syuraih bin Hani' mengabarkan kepada kami dari Al Miqdam, dari ayahnya, dari Hani', bahwa ketika dia menjadi utusan untuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah sesuatu yang mewajibkan (masuk) surga?" Beliau menjawab, "Hendaklah kamu bertutur kata baik dan suka memberi makanan (kepada orang lain)." Ini adalah hadits shahih dan tidak ber-illat, tapi Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Illat-nya menurut keduanya adalah ada periwayat bernama Hani' bin Yazid, yang hanya memiliki satu orang periwayat, yaitu putranya yang bernama Syuraih. Aku telah menjelaskan di awal kitabku bahwa syarat yang aku tetapkan adalah, seorang sahabat terkenal apabila tidak kami temukan periwayatnya selain seorang tabiin yang terkenal, maka kami berhujjah dengannya dan kami shahih-kan haditsnya, karena dia shahih menurut syarat Al Bukhari dan Muslim. Selain itu, Al Bukhari berhujjah dengan hadits Qais bin Abi Hazim (yang meriwayatkan) dari Mirdas Al Aslami, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (dengan redaksi),يَذْهَبُ الصَّالِحُوْنُ "Orang-orang shalih lenyap." Dia juga berhujjah dengan hadits Qa'is dari Adi bin Umairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (dengan redaksi), مَنِ اسْتَعْمَلْنَاهُ عَلَى عَمَلٍ "Barangsiapa kami berikan amanah untuk suatu jabatan (pekerjaan)." Dalam kedua hadits ini tidak ada periwayat selain Qais bin Abi Hazim. Muslim juga berhujjah dengan hadits-hadits Abu Malik Al Asyja'i yang berasal dari ayahnya, dan hadits-hadits Mijzat bin Zahir Al Aslami yang berasal dari ayahnya. Jadi, berdasarkan ini dan syarat keduanya, maka layak jika berhujjah dengan hadits Syuraih (yang meriwayatkan) dari ayahnya, karena Al Miqdam dan ayahnya yang bernama Syuraih sama-sama berasal dari golongan tabiin senior. Hani' bin Yazid pernah menjadi utusan untuk menemui Rasulullah SAW. Al Mustadrak 62: Seperti Hadits Ja'far bin Muhammad yang diceritakan kepada kami dari Nushari Al Khuldi, Ali bin Abdul Aziz menceritakan kepada kami, Abu Nu'aim menceritakan kepada kami, Yazid bin Al Miqdam bin Syuraih menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Syuraih bin Hani', dia berkata: Ayahku, Hani' bin Yazid, menceritakan kepadaku bahwa dia pernah menjadi utusan (untuk menemui) Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mendengar orang-orang memberinya julukan Abu Al Hakam, maka beliau bersabda, "Sesungguhnya Allah adalah Al Hakam (Penengah), lalu mengapa kamu dijuluki Abu Al Hakam?" Dia menjawab, "Apabila kaumku berselisih dan aku memutuskan kasus yang terjadi di antara mereka, maka kedua kelompok tersebut rela (setuju)." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, "Apakah kamu punya anak? " Dia menjawab, "Syuraih, Abdullah, dan Muslim." (Mereka) adalah anak-anak HaniY' Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya lagi, "Siapakah yang paling tua di antara mereka?" Dia menjawab, "Syuraih." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda, "Kalau begitu kamu adalah Abu Syuraih (bapaknya Syuraih)?' Beliau kemudian mendoakannya dan anaknya. Aku telah menguraikan di dalam Kitab Al Ma'rifah, pembahasan tentang Al Mukhadhramin bahwa Syuraih bin Hani' hidup pada masa Jahiliyah dan Islam, tapi dia tidak bertemu dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga dia tergolong dalam kelompok tabiin. Al Mustadrak 63: Abu Abdillah Muhammad bin Ya'qub Al Hafizh menceritakan kepada kami, Khasyam bin Ash-Shiddiq menceritakan kepada kami, Abdullah bin Yazid Al Muqri menceritakan kepada kami. Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ayyub memberitakan (kepada kami), Abu Ar-Rabi Az-Zahrani Abu Abdurrahman Al Muqri menceritakan kepada kami, Harmalah bin Imran At-Tujibi menceritakan kepada kami, Abu Yunus Sulaim bin Jubair (maula Abu Hurairah) menceritakan kepada kami dari Abu Hurairah , dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca, "Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." Beliau kemudian meletakkan jari-jari tangannya (yang digunakan untuk berdoa) di kedua mata dan telinganya. Hadits ini shahih, tapi Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Muslim berhujjah dengan Harmalah bin Imran dan Abu Yunus, sementara yang lain telah disepakati (ke-shahih-annya). Hadits ini juga memiliki syahid yang sesuai syarat Muslim: Al Mustadrak 64: Ismail bin Muhammad bin Al Fadhl bin Muhammad Asy-Sya'rani menceritakaimya kepada kami, kakekku menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Al Mundzir Al Hizami menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Fudaik menceritakan kepadaku, Hisyam bin Sa'ad menceritakan kepadaku dari Zaid bin Aslam, dari Jabir bin Abdullah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidak ada fitnah yang lebih besar dari fitnah-nya Dajjal hingga Hari Kiamat. Tidak seorang nabi pun melainkan dia telah memperingatkan kaumnya, dan tidak aku beritakan kepada kalian sesuatu sebagaimana yang diberitakan para nabi sebelumku." Beliau lalu meletakkan tangannya di tangannya seraya bersabda, "Aku bersaksi (aku menyatakan) bahwa Allah Ta 'ala tidak buta sebelah matanya." Al Mustadrak 65: Abu Abdillah Muhanunad bin Abdullah Ash-Shaffar menceritakan kepada kami, Ahmad bin Mahdi bin Rustum menceritakan kepada kami, Rauh bin Ubadah menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami. Ali bin Hamsyad Al Adi menceritakan kepada kami, Abu Al Mutsanna dan Muhammad bin Ayyub menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Abu Al Walid Ath-Thayahsi menceritakan kepada kami, Syu'bah menceritakan kepada kami dari Abu Ishaq, dari Abu Al Ahwash, dari ayahnya, dia berkata, "Aku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan ketika itu penampilanku memprihatinkan (lusuh dan kotor seperti orang miskin), maka beliau bertanya kepadaku, 'Apakah kamu mempunyai harta?' Aku menjawab, 'Ya'. Beliau bertanya lagi, 'Darimana harta itu?' Aku menjawab, 'Dari unta, kuda, budak, dan kambing'. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda, 'Apabila Allah memberimu harta maka perlihatkanlah harta tersebut (sebagai tanda bersyukur kepada Allah)'." Dia lanjut berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bertanya, 'Apakah unta-unta kaummu lahir dalam keadaan sehat (normal) telinganya, lalu kamu mengambil gunting dan memotong telinganya, lalu kamu katakan bahwa dia unta yang cacat (terpotong telinganya), kemudian kamu sobek-sobek kulitnya lalu kamu katakan bahwa dia unta terlarang, kemudian mengharamkannya untuk dirimu dan keluargamu?' Aku menjawab, 'Ya'. Beliau lalu bersabda, 'Segala sesuatu yang dikaruniakan Allah kepadamu adalah halal buatmu. Lengan Allah lebih keras daripada lenganmu dan pisau Allah lebih tajam dari pisaumu'." Sanad hadits ini shahih. Segolongan periwayat meriwayatkannya dari Imam-Imam Kufah dari Abu Ishaq. Abu Az-Za'ra' Amr bin Amr lalu mengikuti Abu Ishaq As-Sabi'i dalam riwayatnya dari Abu Al Ahwash, tapi keduanya tidak meriwayatkannya, karena Malik bin Nadhalah Al Jusyami tidak mempunyai periwayat selain putranya (Abu Al Ahwash). Muslim telah meriwayatkannya dari Abu Al Malih bin Usamah, dari ayahnya, yang tidak mempunyai periwayat selain putranya. Begitu pula Abu Malik Al Asyja'i (yang meriwayatkan) dari ayahnya, dan ini lebih utama daripada semua yang telah disebutkan tadi. Al Mustadrak 66: Abu Bakar Ahmad bin Salman Al Faqih mengabarkan kepada kami di Baghdad, Ja'far bin Abu Utsman Ath-Thayalisi menceritakan kepada kami, Affan dan Abu Salamah menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Hammad menceritakan kepada kami. Abu Bakar bin Abdullah mengabarkan kepadaku, Hasan bin Sufyan memberitakan (kepada kami), Hudbah menceritakan kepada kami, Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari Tsabit, dari Anas , bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang ayat ini, "Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu" (Qs. Al A'raaf [7]: 143), "Dia menampakkan seukuran ini" Al Mustadrak 67: Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepada kami, Muhammad bin Isa bin As-Sakan mengabarkan kepada kami, Abu Salamah dan Muhammad bin Abdullah Al Khuza'i menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari Tsabit, dari Anas , dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membaca ayat, "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." (Qs. Al A'raaf [7]: 143) Beliau lalu bersabda, "Dia (Allah) mengeluarkan cahaya-Nya sebesar ini." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian memberi isyarat dengan tangannya separuh jari kelingking. Lalu kembali bersabda, "Lalu Dia memukulkan ke bagian dada Hammad." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kembali bersabda, "Gunung itu pun tenggelam." Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, namun Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 68: Abu Sa'id Ahmad bin Ya'qub Ats-Tsaqafi menceritakan kepada kami, Yusuf bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abu Bakar Al Maqdami menceritakan kepada kami, Fudhail bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Musa bin Uqbah menceritakan kepada kami, Ubaidillah bin Salman Al Aghar menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Abu Ad-Darda ,dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ada tiga orang yang Allah cintai dan tertawa terhadap mereka, (yaitu) orang yang apabila suatu golongan terbuka (kejahatannya) maka dia memerangi di belakangnya sendirian semata-mata karena Allah Azza wa Jalla." Hadits ini shahih. Al Bukhari dan Muslim sama-sama berhujjah dengan seluruh periwayatnya, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Dalam bab ini Al Bukhari dan Muslim hanya meriwayatkannya dari hadits Abu Az-Zinad, dari Al A'raj, dari Abu Hurairah , dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, (beliau bersabda), يَضْحَكُ اللَّهُ إِلَى رَجُلَيْنِ "Allah tertawa terhadap dua orang laki-laki." Hadits ini disebutkan dalam bab jihad. Al Mustadrak 69: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Ja'far bin Muhammad bin Syakir menceritakan kepada kami, Affan menceritakan kepada kami. Abu Bakar bin Ishaq Al Faqih menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ghalib dan dan Muhammad bin Mahmud Al Banani mengabarkan kepada kami, keduanya berkata: Abdul Aziz bin Muslim menceritakan kepada kami dari Al A'masy, dari Hubaib bin Tsabit, dari Abi Yahya bin Ja'dah, dari Abdullah bin Mas'ud , dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan (sebesar) biji sawi." Seorang sahabat lalu berkata, "Wahai Rasulullah, aku orang yang suka memakai pakaian baru, minyak rambut di kepala, dan (suka memakai) tah sandal yang baru." Dia lalu menyebutkan berbagai hal, sampai menyebutkan tentang penitinya. Mendengar itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lalu bersabda, "Itu adalah keindahan, dan Allah menyukai keindahan. Akan tetapi (yang dimaksud) sombong adalah menolak kebenaran dan menghina manusia." Sanad hadits ini shahih. Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya, dan keduanya sama-sama berhujjah dengan para periwayatnya. Hadits ini juga memiliki syahid lain yang sesuai syarat Muslim: Al Mustadrak 70: Abu Al Abbas Abdullah bin husain Al Qadhi mengabarkan kepada kami di Marwa, Ubaid bin Syarik Al Bazzar menceritakan kepada kami, Yahya bin Bukair menceritakan kepada kami, Laits bin Sa'ad menceritakan kepada kami, Hisyam bin Sa'ad menceritakan kepada kami dari Zaid bin Aslam, dari Atha' bin Yasar, dari Abdullah bin Amr, dia berkata: Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah termasuk sombong jika aku memakai pakaian yang bagus?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan." Al Mustadrak 71: Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepada kami dengan cara imla' (mendikte), Yusuf bin Ya'qub menceritakan kepada kami Abu Ar-Rabi Az-Zahrani menceritakan kepada kami, Ismail bin Ja'far menceritakan kepada kami, Muhammad bin Amr menceritakan kepada kami dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Allah memanggil Jibril lalu mengirimnya ke surga, kemudian berfirman, 'Lihatlah di dalamnya apa-apa yang telah Aku persiapkan untuk penghuninya'. Jibril lalu berkata, 'Demi kemuliaan-Mu, tidak ada seorang pun yang mendengarnya kecuali akan memasukinya'. Dia pun dikelilingi dengan hal-hal yang tidak disukai (berbagai pantangan). Allah lalu berfirman, 'Kembalilah dan lihatlah kembali'. Jibril pun kembali, lalu dia berkata, 'Demi kemuliaan-Mu, aku khawatir tidak ada seorang pun yang bisa memasukinya'." Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim. Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Hammad bin Salamah meriwayatkannya dari Muhammad bin Amr dengan tambahan redaksi. Al Mustadrak 72: Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Asy-Syafi'i menceritakan kepada kami di Baghdad, Muhammad bin Abdullah bin Marzuq menceritakan kepada kami, Affan menceritakan kepada kami, Hammad bin Salamah menceritakan kepada kami dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ketika Allah menciptakan surga, Dia berfirman, 'Wahai Jibril, pergilah dan lihatlah dalamnya'. Jibril pun pergi dan melihatnya, lalu dia berkata, 'Tidak seorang pun yang mendengarnya kecuali ingin memasukinya.' Surga itu pun dikelilingi oleh hal-hal .yang tidak disukai (berbagai pantangan). Allah kemudian berfirman, 'Pergilah dan lihat dalamnya'. Jibril pun pergi dan melihatnya, lalu berkata, 'Demi kemuliaan-Mu, aku khawatir tidak ada yang bisa memasukinya'. Allah kemudian menciptakan neraka, lalu Dia berfirman, 'Wahai Jibril, pergilah dan lihatlah dalamnya'. Jibril pun pergi dan melihatnya. Dia lalu berkata, 'Tidak ada seorang pun yang mendengarnya lalu ingin memasukinya'. (Neraka) pun dikelilingi oleh syahwat (kesenangan). Allah kemudian berfirman, 'Pergilah dan lihatlah dalamnya* (Jibril) pun pergi dan melihatnya, kemudian berkata, 'Demi kemuliaan-Mu, aku khawatir tidak tersisa seorang pun kecuali akan memasukinya'." Al Mustadrak 73: Muhammad bin Shalih bin Hani' dan Ibrahim bin Ishmah Al Adi menceritakan kepada kami, keduanya berkata: As-Sarri bin Khuzaimah menceritakan kepada kami, Muhammad bin Sa'id bin Al Ashbahani menceritakan kepada kami, Yahya bin Yaman menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami dan Ibnu Juraij, dari Sulaiman Al Ahwal, dari Thawus, dari Ibnu Abbas , "Allah lalu berfirman kepadanya (langit dan bumi), Datanglah kalian berdua menurut perintah-Ku, baik dengan suka hati maupun terpaksa'. Allah lalu berfirman kepada langit, 'Keluarkanlah matahan, bulan, serta bintang-bintangmu!' Dia lalu berfirman kepada bumi, 'Belahlah sungai-sungaimu dan keluarkanlah buah-buahanmu!' Keduanya lalu berkata, 'Kami datang dengan suka hati'." Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya. Tafsir sahabat menurut keduanya adalah musnad (bersambung sanadnya). Al Mustadrak 74: Abu Ahmad Bakar bin Muhammad bin Hamdan Ash- Shairafi menceritakan kepada kami di Marwa, Al Harits bin Abu Usamah menceritakan kepada kami, Rauh bin Ubadah menceritakan kepada kami, Malik bin Anas menceritakan kepada kami. Abu Bakar bin Abu Nashr Ad-Darabardi mengabarkan kepada kami di Marwa, Ahmad bin Muhammad bin Isa Al Qadhi menceritakan kepada kami. Ahmad bin Muhammad Al Anazi mengabarkan kepadaku, Utsman bin Sa'id Ad-Darimi menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Al Qa'nabi menceritakan kepada kami sesuai yang dibacakan di hadapan Malik dari Zaid bin Abu Unaisah, dari Abdul Hamid bin Abdurrahman bin Zaid bin Khaththab, dari Muslim bin Yasar Al Juhani, bahwa Umar bin Khaththab pernah ditanya tentang ayat ini, "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka" (Qs. Al A'raaf [7]: 172) Umar bin Khathab lalu berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang ayat ini, lalu beliau menjawab, 'Sesungguhnya Allah menciptakan Adam kemudian mengusap punggungnya dengan tangan kanan-Nya, lalu mengeluarkan keturunan darinya seraya berfirman, "Aku menciptakan mereka untuk (masuk) surga, dan dengan amalan penduduk surgalah mereka akan berbuat". Dia kemudian mengusap punggungnya dan mengeluarkan darinya keturunannya seraya berfirman, "Aku menciptakan mereka untuk (masuk) neraka, dan dengan amalan penduduk nerakalah mereka akan berbuat" Hadits ini shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 75: Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Marzuq Al Bashri menceritakan kepada kami di Mesir, Wabab bin Jarir bin Hazim menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepada kami dari Kultsum bin Jabr, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Allah mengambil perjanjian dari punggung Adam lalu mengeluarkan dari sulbinya keturunannya, kemudian menebarkannya di hadapannya seperti partikel-partikel halus, kemudian mengajak mereka berbicara, 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab, 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi' (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada Hari Kiamat kalian tidak berkata, 'Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lalai terhadap ini (keesaan Tuhan)'. Atau agar kalian tidak berkata, 'Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang- ngyang sesat dahulu'?" Senad hadits ini shahih, Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Muslim berhujjah dengan Kultsum bin Jabr. Al Mustadrak 76: Abu Bakar bin Ishaq Al Faqih menceritakan kepada kami, Bisyr bin Musa memberitakan (kepada kami), Sa'id bin Manshur menceritakan kepada kami, Khalaf bin Khalifah menceritakan kepada kami dari Humaid Al A'raj, dari Abdullah bin Al Harits, dari Ibnu Mas'ud , dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Pada hari ketika Allah mengajak Musa berbicara, dia (Musa) memakai jubah yang terbuat dari bulu, celana panjang yang dari bulu, lengan bayu yang terbuat dari bulu, pakaian yang terbuat dari bulu, dan dua terompah yang terbuat dari kulit keledai yang tidak disembelih" Al Bukhari dan Muslim sama-sama sepakat berhujjah dengan hudits Sa'id bin Manshur. Humaid di sini bukanlah putra Qais Al A'raj. Al Bukhari berkata dalam At-Tarikh, "Hadits Humaid bin Ali Al A'raj Al Kufi adalah munkar" Abdullah bin Harits An-Najrani adalah orang yang haditsnya dijadikan sebagai hujjah. Muslim sendiri berhujjah dengan Khalaf bin Khalifah. Ini merupakan hadits besar tentang tasawuf dan percakapan (antara Allah dengan Musa). Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Hadits ini juga mempunyai suihid dari hadits Ismail bin Ayyas. Al Mustadrak 77: Ali bin Hamsyad dan Abu Bakar bin Balawaih menceritakannya kepada kami, keduanya berkata: Muhammad bin Yunus menceritakan kepada kami, (Abdullah bin Daud At-Tammar menceritakan kepada kami dari Ismail bin Ayyasi, dari Tsaur, dari Khalid), dari Abu Umamah Al Bahili, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Pakailah pakaian yang terbuat dari wol, maka kalian akan mendapatkan manisnya iman dalam hati kalian" Al Mustadrak 78: Abu Ja'far Ahmad bin Ubaid Al Hafizh mengabarkan kepada kami di Hamadan, Ibrahim bin Husain menceritakan kepada kami, Adam bin Abu Iyas menceritakan kepada kami, Syaiban menceritakan kepada kami, Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Asy-Syafi'i menceritakan kepada kami, Ishaq bin Hasan Al Harbi menceritakan kepada kami, Hasan bin Musa Al Asyab menceritakan kepada kami, Syaiban bin Abdurrahman menceritakan kepada kami dari Qatadah, dari Hasan, dari Imran bin Hashin, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika sedang dalam sebagian perjalanannya, ketika itu jarak antar para sahabat berdekatan satu sama lain, beliau membaca dua ayat ini dengan suara keras, "Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras." (Qs. Al Hajj [22]: 1-2) Ketika para sahabat beliau mendengarnya, mereka pun mempercepat kendaraannya. Mereka mengetahui bahwa beliau hendak mengatakan sesuatu. Setelah mereka berkumpul di sekeliling beliau, beliau pun bersabda, "Tahukah kalian hari apa itu?" Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Beliau bersabda, "Itu adalah hari saat Adam menyeru, lalu Tuhannya menyerunya dengan berfirman, 'Wahai Adam, kirimlah utusan neraka (orang-orang yang akan dikirim ke neraka (maksudnya bedakanlah penduduk neraka dari yang lainnya)!' Adam lalu bertanya, 'Apakah itu utusan neraka?' Allah berfirman, 'Dari setiap seribu, ada 999 orang yang akan dikirim ke neraka, dan hanya satu yang (akan dikirim) ke surga'." Imran berkata: Para sahabat kemudian sedih, sampai tidak ada seorang pun yang tertawa di antara mereka. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melihat itu, beliau bersabda, "Ketahuilah dan bergembiralah! Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya kalian bersama dua makhluk, dan tidaklah keduanya bersama melainkan Allah akan memperbanyak keduanya, (yaitu) Ya'juj dan Ma'juj, serta orang-orang yang binasa (kafir) dari kalangan bani Adam dan keturunan iblis." Imran berkata, "Hal itu akhirnya membuat mereka senang, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Ketahuilah dan bergembiralah, demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian dibandingkan manusia (seluruhnya) itu hanya seperti garis di lengan binatang tunggangan, atau seperti tahi lalat di punggung unta'." Sanad hadits ini shahih. Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya dengan redaksi yang panjang. Menurutku, Al Bukhari dan Muslim merasa berat meriwayatkannya karena khawatir hadits tersebut mursal. Hasan pernah mendengar dari Imran bin Hashin. Tambahan-tambahan yang terdapat dalam redaksi ini kebanyakan berasal dari riwayat Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas. Hadits ini shahih menurut syarat Al Bukhari dam Muslim, tapi keduanya atau salah seorang dari keduanya tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 79: Ahmad bin Ja'far Al Qathi'i mengabarkannya kepada kami, Abdullah bin Ahmad bin Hanbal menceritakan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Abdurrazzaq menceritakan kepada kami, Ma'mar memberitakan (kepada kami) dari Qatadah, dari Anas, dia berkata: Ayat ini, "Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat)" sampai firman-Nya, "Akan tetapi adzab Allah itu sangat keras," turun kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala beliau sedang dalam perjalanan. Anas lalu menyebutkan hadits ini dengan redaksi yang sama. Al Bukhari dan Muslim sepakat meriwayatkannya hadits Al A'masy dari Abu Shalih, dari Abu Sa'id, yang berisi sebagian redaksi hadits ini. Al Mustadrak 80: Seperti hadits yang diceritakan oleh Abu Bakar Muhammad bin Abdullah bin Itab Al Abdi kepada kami di Baghdad, dan Abu Ja'far Muhammad bin Ali bin Duhaim Asy-Syaibani di Kufah, keduanya berkata: Ibrahim bin Abdullah Al Absi menceritakan kepada kami, Waki menceritakan kepada kami dari Al A'masy, dari Abu Shalih, dari Abu Sa'id Al Khudri, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda "Allah berfirman, 'Wahai Adam'. Adam menjawab, 'Baik wahai Tuhan, kebahagiaan dan kebaikan selalu berada di kedua tangan-Mu'. Allah lalu berfirman, 'Keluarkanlah utusan neraka (orang-orang yang akan masuk neraka)'." Dia lalu menyebutkan redaksi hadits ini secara ringkas tanpa menyebutkan nuzul dan lainnya. Al Bukhari meriwayatkannya dari Umar bin Hafsh, dari ayahnya, dari Al A'masy. Sementara itu Muslim meriwayatkannya dari Abu Bakar, dari Waki'. Al Mustadrak 81: Abu Bakar bin Ishaq menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Abdussalam menceritakan kepada kami. Muhammad bin Shalih dan Ibrahim bin Abu Thalib menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Husain bin Ali menceritakan kepada kami dari Zaidah, dari Ashim bin Kulaib, dari Muharib bin Ditsar, dari Ibnu Umar, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Takutlah kalian akan doa orang yang terzhalimi, karena doanya akan naik ke langit laksana percikan api (lantaran cepatnya naik)" Muslim berhujjah dengan Ashim bin Kulaib, sementara penwayat-penwayat lainnya yang meriwayatkan hadits ini telah disepakati boleh berhujjah dengan mereka, tapi Al Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya. Al Mustadrak 82: Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah Ash-Shaffar mengabarkan kepada kami, Ismail bin Ishaq Al Qadhi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abu Bakar Al Maqdami menceritakan kepada kami, Fudhail bin Sulaiman menceritakan kepada kami, Musa bin Uqbah menceritakan kepada kami, Ishaq bin Yahya menceritakan kepadaku dari Ubadah bin Ash-Shamit, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku pemimpin manusia pada Hari Kiamat, dan bukannya aku bangga. Tidak seorang pun kecuali dia berada di bawah benderaku pada Hari Kiamat untuk menunggu celah (kesempatan). Sesungguhnya bersamaku adalah bendera pujian (Liwa Al Hamd), aku berjalan dan manusia berjalan bersamaku sampai aku tiba di pintu surga, kemudian aku minta agar dibukakan. Lalu ditanyakan, 'Siapakah engkau?' Aku menjawab, 'Muhammad'. Lalu dikatakan, 'Selamat datang wahai Muhammad'. Ketika aku melihat Tuhanku aku pun tersungkur sujud sambil melihat kepada-Nya'." Hadits ini bercerita tentang sifat-sifat (Allah) dan melihat Allah, yang shahih sesuai syarat Al Bukhari dan Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya.