2. Bagian Pembahasan tentang Menghadap Kiblat Saat Shalat

【1】

Musnad Syafi'i 80: Malik bin Anas mengabarkan kepada kami dari Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin Umar , ia mengatakan: Ketika orang-orang terada di (masjid) Quba sedang laksanakan shalat Subuh, tiba-tiba ada seseorang yang datang, lalu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah telah menerima wahyu tadi malam, wahyu itu memerintahkan agar beliau menghadap ke arah kiblat.” Maka, mereka menghadap ke arah kiblat. Setelum itu orang-orang menghadapkan diri mereka ke arah negeri Syam (Baitul Maqdis), lalu mereka terputar menghadap ke arah Ka'bah." 87 Musnad Syafi'i 81: Malik bin Anas mengabarkan kepada kami dari Nafi'; Bahwa Abdullah bin 'Umar ketika ditanya tentang shalat khauf ia menjawab, "Imam dan satu kelompok maju..." lalu ia mengisahkan satu hadits. Dan Ibnu 'Umar berkata dalam satu hadits. "Namun jika ketakutan lebih dari itu mereka melakukan shalat dengan berjalan atau naik kendaraan dengan tetap mengahadap ke arah kiblat atau dengan tidak mengahadap ke arahnya", Malik mengatakan: Nafi' berkata. Aku tidak melihat Abdullah bin 'Umar menyebutkan hal itu kecuali dari Nabi SAW." Musnad Syafi'i 82: Ibnu Abu Fudaik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Dzi'b dari Az-Zuhri dari Salim dari bapaknya (ha). 89 Musnad Syafi'i 83: Malik menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin 'Umar , ia mengatakan: Dahulu, dalam perjalanan Rasulullah SAW shalat di atas hewan tunggangannya dengan menghadap ke arah mana pun kendaraannya menghadap. 90 Musnad Syafi'i 84: Malik mengabarkan kepada kami dari Amr bin Yahya Al Mazini, dari Abu Al Habbab Sa'id bin Yasar, dari Abdullah bin Umar RA bahwa ia berkata. “Aku pernah melihat Rasulullah SAW shalat di atas keledainya seraya menghadap ke arah Khaibar.”91 Asy-Syafi'i berkata, “Yakni: Ibadah nawafil.” Musnad Syafi'i 85: Abdul Majid bin Abdul Aziz mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, Abu Az-Zubair mengabarkan kepada kami bahwa ia pemah mendengar Jabir bin Abdullah berkata: Aku pernah melihat Rasulullah SAW melakukan shalat sunah di atas kendaraannya dengan menghadap ke semua arah. 92 Musnad Syafi'i 86: Muhammad bin Ismail mengabarkan kepada kami dan Ibnu Abu Dzi'b, dari Utsman bin Abdullah bin Suraqah, dari Jabir bin Abdullah RA: Bahwa Rasulullah ketika berada dalam perang Bani Anmar, beliau shalat di atas kendaraannya dengan menghadap ke arah timur.”93 Musnad Syafi'i 87: Malik bin Anas mengabarkan kepada kami dari pamannya. Abu Suhail bin Malik dari bapaknya bahwa ia pernah mendengar Thalhah bin Ubaidullah berkata, "Seorang lelaki pernah datang kepada Rasulullah lalu ia bertanya tentang Islam, kemudian Rasulullah menjawab. 'Lima shalat dalam sehari semalam', kemudian ia bertanya. 'Apakah ada kewajiban lain selain itu', beliau menjawab, 'Tidak kecuali kamu melaksanakan ibadah sunnah.'94 Musnad Syafi'i 88: Muslim bin Khalid dan Abdul Majid bin Abdul, Aziz bin Abu Rawad menceritakan kepada kami dari Ibnu Juraij yang telah menerima berita dari Abdurrahman bin Abdullah bin Abu Ammar dan Abdullah bin Babah, dari Ya'la bin Umayah, ia mengatakan: Aku pernah bertanya kepada Umar bin Al Khaththab. "Sesungguhnya Allah hanya berfirman, 'Kalian boleh melakukan shalat qashar jika kalian merasa takut diserang orang-orang kafir'. Dan sekarang orang- orang hidup dalam keadaan aman." Maka Umar menjawab, "Aku pun pernah merasa heran seperti apa yang kamu alami, lalu aku bertanya kepada Rasulullah , maka beliau menjawab, 'Hal itu merupakan sedekah yang diberikan Allah SWT untuk kalian, terimalah sedekah-Nya'."95 Musnad Syafi'i 89: Ibrahim bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Thalhah bin Amr, dari Atha' bin Abu Rabah, dari Aisyah , ia. terkata, “Semua itu pernah dilakukan Rasulullah , yaitu beliau pernah mengqashar shalat dalam perjalanannya, dan pernah menyempurnakan tanpa qashar.” 96 Musnad Syafi'i 90: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami dari Ibnu Hamalah, dari Ibnu Al Musayyab , ia mengatakan: Rasulullah pernah bersabda, “Orang terbaik di antara kalian ialah orang-orang yang apabila bepergian mengqashar shalat dan berbuka." Atau beliau bereabda, "Tidak puasa.”97 Musnad Syafi'i 91: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Ibrahim bin Maisarah, dari Anas bin Malik RA, ia berkata, “Aku pernah shalat Zhuhur bersama Rasulullah SAW di Madinah sebanyak 4 rakaat dan shalat Ashar bersamanya di Dzul Hulaifah Sebanyak 2 rakaat. 98 Musnad Syafi'i 92: Sufyan, yakni Ibnu Uyainah, mengabarkan kepada kami dari Ibnu Al Munkadir bahwa ia pemah mendengar Anas bin Malik mengatakan seperti itu, kecuali dengan redaksi: “Di Dzul Hulaifah.” 99 Musnad Syafi'i 93: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Ayub dari Abu Qilabah, dari Anas bin Malik semisal itu.100 Musnad Syafi'i 94: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Amr bin Dinar, dari Atha, dari Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma bahwa Ia pernah ditanya: "Apakah shalat boleh diqashar sampai di Arafah?" Ibnu Abbas menjawab: "Tidak boleh, tetapi sampai di 'Usfan, Jeddah dan Thaif." 101 Musnad Syafi'i 95: Malik mengabarkan kepada kami dari Nafi': Bahwa Ia pernah bepergian dengan Ibnu 'Umar sejauh satu barid, dan ia tidak mengqashar shalat. 102 Musnad Syafi'i 96: Malik bin Anas mengabarkan kepada kami dari Nafi', dan Salim bin Abdullah: Bahwa Abdullah bin Umar pernah menaiki kendaraannya menuju Dzatun-Nushb, lalu ia mengqashar shalat dalam perjalanannya itu. Malik bin Anas berkata: "Dan jarak antara Dzatun-Nushb dan Madinah adalah empat barid."103 Musnad Syafi'i 97: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Salim bin Abdullah bin Umar, dari ayahnya radliyallahu 'anhum: Bahwa Ia pernah berkendaraan menuju Riim, lalu ia mengqashar shalat dalam perjalanannya itu. Malik berkata: "Jaraknya kurang lebih empat barid."104 Musnad Syafi'i 98: Sufyan bin Uyainah mengabarkan kepada kami dari Abdurrahman bin Humaid, ia berkata "Umar bin Abdul Aziz pernah terkata kepada orang yang duduk disampingnya, 'Apa yang kalian dengar tentang mukimnya orang muhajirin di Makkah?' As-Sa'id bin Yazid mengatakan: Al Ala' bin Al Harami menceritakan kepadaku: Bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda. “Orang yang hijrah boleh tinggal setelah melaksanakan ibadah haji selama tiga hari.”105 Musnad Syafi'i 99: Sufyan menceritakan kepadaku dari Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya RA, ia berkata, “Nabi SAW apabila terpaksa mempercepat keberangkatan, maka beiiau menjamak shalat Maghrib dan shalat lsya.” 106 Musnad Syafi'i 100: Sufyan menceritakan kepada kami dari Az-zuhri, ia mengatakan: 'Umar bin Abdul Aziz pernah mengakhirkan shalat, kemudian 'Urwah berkata kepadanya: "Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda: 'Jibril pernah turun, lalu ia mengimamiku shalat, kemudian aku melaksanakan shalat dengannya, lalu ia turun lagi, kemudian mengimamiku, lalu aku shalat, kemudian ia pernah turun lagi, lalu mengimamiku dan aku shalat dengannya lalu ia juga pernah turun lagi kemudian mengimamiku, lalu aku shalat dengannya hingga lima waktu shalat'." kemudian 'Umar bin Abdul Aziz berkata: "Bertaqwalah kepada Allah wahai 'Urwah, lihat kepada apa yang kamu katakan!" Lalu 'Urwah berkata kepadanya: "Bishr bin Abu Mas'ud yang telah mengabarkan kepadaku dari bapaknya dari Nabi SAW." 107 Musnad Syafi'i 101: Amr bin Abu Salamah mengabarkan kepada kami dari Abdul Aziz bin Muhammad, dari Abdurrahman bin Harits Al Makhzumi, dari Hakim bin Hakim, dari Nafi bin Jubair, dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Malaikat Jibril pernah mengimamiku di dekat pintu Baitullah sebanyak 2 kali. Ia shalat Zhuhur ketika naungan (bayangan) seperti pegangan terompah (yakni tegak lurus), kemudian shalat Ashar ketika naungan sama dengan bayangannya, dan shalat Magbrib ketika orang yang puasa berbuka, kemudian shalat Isya ketika awan (merah) tidak tampak lagi, kemudian shalat Subuh ketika makan dan minum dilarang bagi orang yang puasa. Kemudian ia melakukan shalat Zhuhur lagi di lain waktu ketika segala sesuatu sama panjang dengan bayangannya, yakni sebatas waktu Ashar kemarin. Kemudian shalat Ashar ketika bayangan segala sesuatu panjangnya menjadi dua kali lipat, kemudian shalat Maghrib sebatas waktu yang kemarin tanpa mengakhirkannya, kemudian shalat Isya yang terakhir yaitu ketika sepertiga malam telah berlalu, kemudian shalat Subuh ketika pagi tampak menguning. Setelah itu malaikat Jibril berpaling dan berkata, 'Hai Muhammad inilah waktu para nabi sebelum kamu, dan watau shalat itu terletak di antara (masing-masing dari) kedua waktu tadi'.” 108 Asy-Syafi'i berkata, “Dan ini yang kami ambil sebagai hujjah, dan waktu ini untuk tidak dalam keadaan safar.” Musnad Syafi'i 102: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Sa'id bin Musayyab, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Apabila panas sangat terik, maka dinginkanlah shalat karena sesungguhnya panas yang berlebihan merupakan luapan api neraka Jahanam." Nabi bersabda pula, "Neraka mengadu kepada Rabbnya, maka ia berkata, 'Wahai Rabbku! Sebagian dariku memakan sebagian yang lain'. Maka diizinkan baginya mengeluarkan dua helaan nafas, satu helaan nafas di musim dingin, dan yang lainnya di musim panas. Maka panas yang amat terik yang kalian jumpai bersumber dari panasnya, dan dingin yang amat menggigil yang kalian jumpai berasal dari Zamharir (dingin) nya." 109 Musnad Syafi'i 103: Malik mengabarkan kepada kami dari Abu Az-Zinad, dari Al A'raj dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda "Apabila panas sangat terik, maka dinginkanlah shalat (Zhuhur), karena sesungguhnya panas yang sangat terik itu merupakan luapan neraka Jahanam.”110 Musnad Syafi'i 104: Orang yang dapat dipercaya mengabarkan kepada kami dari Laits bin Sa'd dari Ibnu Syihab dari Said Al Musayyab dan Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu Hurairah dari Nabi SAW, dengan redaksi semisalnya.111 Musnad Syafi'i 105: Asy-Syafi'i mengabarkan kepada kami bahwa Malik mengabarkan kepadanya dari Zaid bin Aslam, dari Atha' bin Yasar, dari Bushr bin Sa'id dan dari Al A'raj, semua menceritakannya dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda. "Barangsiapa yang menjumpai satu rakaat dari shalat Subuh sebelum matahari terbit, berarti ia masih menjumpai waktu subuh. Dan barangsiapa yang menjumpai satu rakaat dari shalat Ashar sebelum matahari tenggelam, berarti ia masih menjumpai waktu ashar." 112 Musnad Syafi'i 106: Asya-Syafi'i mengabarkan, ia berkata, “Aku pun suka mendahulukan shalat Ashar, karena Muhammad bin Ismail menceritakan kepada kami dari Ibnu Abu Dzi'b, dari Ibnu Syihab, dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah melakukan shalat Ashar, saat itu matahari tampak putih lagi cerah. Kemudian seseorang pergi ke daerah perbukitan; ketika ia tiba di sana, matahari masih tempak tinggi. 113 Musnad Syafi'i 107: Ibnu Abu Fudaik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Dzi'b, dari Ibnu Syihab, dari Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam, dari Naufel bin Muawiyah Ad-Dili, ia mengatakan: Rasulullah pernah bersabda, "Barangsiapa yang melewatkan shalat Ashar. seakan-akan ia kehilangan keluarga dan harta bendanya.”114 Musnad Syafi'i 108: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami dari Amr bin Alqamah, dari Abu Nu'aim, dari Jabir , ia berkata, ""Kami pernah shalat Maghrib bersama Nabi , kemudian kami pergi melakukan lomba memanah hingga kami masuk ke dalam perkampungan Bani Salimah untuk melihat tempat terjatuhnya anak panah di bawah cahaya petang hari.” 115 Musnad Syafi'i 109: Ibnu Abu Fudaik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Dzi'b, dari Shalih -pelayan At-Tauamah- dari Zaid bin Khalid Al Juhani , ia berkata, “Kami pernah shalat Maghrib bersama Rasulullah , kemudian kami pulang dan sampai di pasar; seandainya dilepaskan sebuah anak panah, niscaya tempat jatuhnya masih terlihat.”116 Musnad Syafi'i 110: Ibnu Abu Fudaik mengabarkan kepada kami dari Ibnu bin Abu Dzi'b, dari Sa'id bin Abu Sa'id Al Maqburi, dari Al Qa'qa bin Hakim, ia mengatakan: Kami pernah masuk menemui Jabir bin Abdullah, dan ia berkata, "Kami shalat bersama Nabi Muhammad , kemudian kami pulang dan sampai di perkampungan Bani Salimah, sedangkan kami masih dapat melihat tempat jatuhnya anak panah."117 Musnad Syafi'i 111: Sufyan bin Uyainah mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Labid, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Ibnu Umar bahwa Nabi pernah bersabda, “Jangan sekali-kali kalian terkalahkan oleh orang-orang Arab badui dalam menyebutkan nama shalat kalian, yaitu shalat Isya. Ingatlah, sesungguhnya mereka memasukkan ternaknya ke kandang di kala hari telah gelap.”118 Musnad Syafi'i 112: Malik bin Anas mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Said 'Al Anshari, dari Umrah binti Abdurrahman, dari Aisyah , ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah telah melakukan shalat Subuh, sedangkan kaum wanita pulang memakai kain muruthnya (jilbabnya); mereka tidak dapat dikenali karena masih gelap.”119 Musnad Syafi'i 113: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Salim, dari bapaknya: Bahwa Rasulullah pernah shalat Magrib dan Isya di Mudzalifah dengan dijamak.120 Musnad Syafi'i 114: Malik mengabarkan kepada kami dari Abu Zubair, dari Abu Ath-Thufail Amir bin Watsilah, bahwa Mu'adz bin Jabal pernah menceritakan kepadanya bahwa mereka (para sahabat) berangkat tersama Rasulullah pada tahun perang Tabuk, maka Rasulullah menjamak antara shalat Zhuhur dan shalat Ashar, serta antara shalat Maghrib dan shalat Isya. Mu'adz bin Jabal melanjutkan kisahnya: Pada suatu hari beliau mengakhirkan shalatnya dan berangkat, kemudian shalat Zhuhur dan shalat Ashar. Lalu beliau kembali dan berangkat lagi, kemudian shalat Maghrib dan shalat Isya dengan dijamak.121 Musnad Syafi'i 115: Sufyin bin Uyainah mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Najih, dari Ismail bin Abdurrahman bin Abu Dzuaib Al Asadi. Ia mengatakan: Kami pernah berangkat bersama Umar RA menuju Al Hima, lalu matahan pun tenggelam dan kami merasa segan kepadanya untuk mengatakan, "Turunlah untuk shalat!" Tetapi ketika putih cakrawala dan gelapnya permulaan malam hilang, ia turun lalu shalat 3 rakaat, kemudian salam; lalu ia shalat lagi 2 rakaat. kemudian salam. Setelah itu ia menoleh ke arah kami dan berkata “Demikianlah, aku pernah melihat Rasulullah SAW melakukannya."122 Musnad Syafi'i 116: Yahya bin Hassan mengabarkan kepada kami dari Hammad bin Salamah, dari Hisyam bin Urwah. dari ayahnya, dari Aisyah Bahwa Rasulullah memerintahkan Abu Bakar supaya shalat dengan orang-orang (sebagai imam). Tetapi Nabi merasa sakitnya sedikit ringan, lalu beliau keluar dan duduk di sebelah Abu Bakar sambil duduk. Maka, Rasulullah menjadi imam Abu Bakar sambil duduk, sedangkan Abu Bakar menjadi imam orang-orang sambil berdiri.123 Musnad Syafi'i 117: Abdul Wahab Ats-Tsaqafi mengabarkan kepada kami, aku pernah mendengar Yahya bin Said mengatakan: Ibnu Abu Mulaikah menceritakan kepadaku bahwa Ubaid bin Umair Al-Laitsi pernah menceritakan kepadanya: Bahwa Rasulullah memerintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam orang-orang dalam shalat Subuh. Abu Bakar mulai bertakbir, dan Nabi merasa sakitnya sedikit ringan, lalu beliau bangkit menguak shaf-shaf. sedangkan Abu Bakar apabila sedang shalat tidak pernah menoleh. Tetapi ketika Abu Bakar mendengar adanya langkah dari arah belakangnya, ia mengetahui bahwa tidak ada yang berani maju ke tempat tersebut kecuali Rasulullah . Maka ia mundur ke belakang menuju shaf, tetapi Nabi mengembalikannya ke tempat semula. Lalu Rasulullah duduk di sebelahnya, sedangkan Abu Bakar berdiri. Setelah Abu Bakar menyelesaikan shalatnya ia berkata, “Wahai Rasulullah ! Kulihat engkau telah sembuh. Hari itu merupakan hari giliran anak perempuan Kharijah. Abu Bakar pulang ke rumah keluarganya, sementara Rasulullah tetap di tempatnya, duduk di dekat Hijir Ismail seraya memberikan peringatan akan datangnya berbagai macam fitnah. Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku, demi Allah, janganlah orang-orang berpegang terhadapku dengan sesuatu; tidak lain aku hanya menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya, dan tidaklah aku mengharamkan kecuali hanya mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah di dalam kitab- Nya. Hai Fatimah, anak perempuan Rasulullah; hai Shafiyah, bibi Rasulullah , beramallah kamu berdua untuk pahala yang ada di sisi Allah. Aku tidak dapat berbuat untuk kamu berdua di hadapan Allah barang sedikit pun.”124 Musnad Syafi'i 118: Orang yang dapat dipercaya mengabarkan kepada kami dari Yunus, dari Al Hasan, dari ibunya, ia berkata, “Aku melihat Ummu Salamah, istri Nabi SAW, sujud di atas bantal yang terbuat dari kulit” 125 Musnad Syafi'i 119: Sufyan mengabarkan kapada kami dari Az-Zuhri dari Salim dari bapaknya: Bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan waktu malam, maka makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan, dan ia adalah seorang lelaki buta dan tidaklah ia mengumandangkan adzan kecuali dikatakan kepadanya, 'Kamu telah memasuki waktu subuh, kamu telah memasuki waktu subuh.'" 126 Musnad Syafi'i 120: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Salim bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Bilal mengumandangkan adzan pada waktu malam, maka makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Maktum mengumandangkan adzan dan ia adalah lelaki buta, dan tidaklah ia mengumandangkan adzan kecuali dikatakan kepadanya 'Kamu telah memasuki waktu subuh, Kamu telah memasuki waktu subuh.' 127 Musnad Syafi'i 121: Muslim bin Khalid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, la mengatakan: Abdul Aziz bin Abdul Malik bin Abu Mahdzurah mengabarkan kepadaku bahwa Abdullah bin Muhairiz mengabarkan kepadanya, Sedangkan ia adalah seorang yatim di bawah pemeliharaan Abu Mahdzurah ketika ia mengutusnya ke negeri Syam. Maka aku berkata kepada Abu Mahdzurah, "Hai paman! Sesungguhnya sekarang aku akan berangkat ke Syam, dan sesungguhnya aku merasa takut bila ditanya mengenai pengangkatanmu sebagai muadzin. Ceritakanlah kepadaku, hai Abu Mahdzurah!" la menjawab, “Ya. Aku berangkat bersama suatu rombongan. Ketika kami terada di tengah jalan Hunain, Rasulullah SAW kembali dari Hunain, maka kami berpapasan dengan beliau di tengah jalan. Saat itu muadzin Rasulullah SAW sedang mengumandangkan adzan di hadapannya dan kami mendengar suara muadzin itu. Kami dalam keadaan menyandang busur-busur kami di pundak, lalu kami mengeraskan suara menirukan suara muadzin seraya mengolok-oloknya dan Nabi SAW mendengarnya, maka beliau mengirim utusan kepada kami. Akhirnya kami dibawa ke hadapan beliau, maka beliau bersabda, 'Siapakah di antara kalian yang aku dengar suaranya sangat keras?' Maka semua kaum (yang ada bersamaku) menunjuk ke arahku dengan sejujurnya. Akhirnya beliau melepaskan mereka dan menahanku, lalu beliau bersabda 'Berdirilah dan beradzanlah untuk shalat!' Maka aku berdiri, saat itu tidak ada yang lebih kubenci selain Nabi SAW, dan tidak ada pula yang paling kubenci selain apa yang diperintahkannya kepadaku. Aku berdiri di hadapan Rasulullah SAW, dan beliau sendiri secara langsung mengajarkan adzan kepadaku. Untuk itu beliau bersabda 'Katakanlah: Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar, Asyhadu anlaa ilaaha illallaah, asyhadu anlaa ilaaha illallaah. Asyhadu anna Muhammadar-rasuulullaah, asyhadu anna Muhammadar-rasuulullaah'. Kemudian beliau bersabda pula kepadaku, 'Ulangilah dan panjangkanlah suaramu!' Kemudian beliau bersabda, 'Katakanlah: Asyhadu anlaa ilaaha illallaah, asyhadu anlaa ilaaha illallaah, Asyhadu anna Muhammadar-rasuulullaah, asyhadu anna Muhammadar-rasuulullaah. Hayya 'alash-shalaah, hayya 'alash-shalaah. Hayya 'alal falaah, hayya 'alal falaah. Allaahu akbar, Allaahu akbar. Laa ilaaha illallaah' Ketika aku selesai beradzan, beliau memanggilku dan memberiku sebuah kantong yang di dalamnya terdapat sedikit uang perak.” Kemudian beliau meletakkan tangannya pada ubun-ubun Abu Mahdzurah, lalu meletakkannya pada wajahnya, di tengah-tengah dadanya, ulu hatinya, kemudian sampai pada pusar Abu Mahdzurah. Setelah itu Rasulullah SAW bersabda, “Semoga Allah memberkatimu, semoga Allah memberkatimu." Maka aku berkata, '.Wahai Rasulullah, perintahkanlah aku untuk menyerukan adzan di Makkah.” Nabi SAW menjawab, “Telah kuperintahkan kepadamu untuk melakukannya." Lenyaplah segala sesuatu yang mengganjal hatiku terhadap diri Rasulullah SAW, yakni perasaan tidak suka, dan hal itu berbalik menjadi rasa cinta kepada beliau. Lalu aku datang kepada Attab bin Usaid -amil Rasulullah- dan aku menyerukan adzan sesuai dengan perintah Rasulullah. Ibnu Juraij berkata, "Hal tersebut telah diceritakan kepadaku oleh orang yang aku jumpai dari keluarga Abu Mahdzurah, seperti juga apa yang telah diceritakan kepadaku oleh Ibnu Muhairiz." 128 Asy-Syafi'i berkata, “Aku melihat Ibrahim bin Abdullah bin Abdul Malik bin Abu Mahdzurah mengumandangkan adzan sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Muhairiz, dan aku mendengarnya menceritakan hadits dari bapaknya, dari Ibnu Muhairiz dari Abu Mahdzurah dari Nabi SAW makna apa yang telah diceritakan oleh Ibnu Juraij.” Musnad Syafi'i 122: Ibrahim bin Muhammad dan yang lainnya mengabarkan kepada kami, dari Ja'far bin Muhammad dari bapaknya dari Jabir saat haji Islam, ia berkata, "Nabi pernah berada disuatu tempat untuk wukuf dipadang Arafah lalu beliau berkuthbah di hadapan banyak orang pada kuthbah yang pertama, kemudian bilal mengumandangkan adzan lalu Nabi memulai kuthbah yang kedua, ketika selesai dari kuthbah dan bilal selesai dari adzan, kemudian nabi menyuruh bilal mengumandangkan iqamah lalu beliau melaksanakan shalat Zhuhur, lalu bilal mengumandangkan iqamah, kemudain beliau melaksanakan shalat Ashar."'129 Musnad Syafi'i 123: Muhammad bin Isma'il dan Abdullah bin Nafi' mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Di'b dari Ibnu Syihab dari Sulim dari bapaknya, ia berkata, "Abu Al Abbas, yang dimaksud adalah hal tersebut."130 Musnad Syafi'i 124: Ibnu Abu Fudhail mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Di'b dari Al Makburi dari Abdurrahman bin Abu Said Al khudri dari Abdurrahman, ia berkata, "Kami tertahan dari melaksanakan shalat saat perang khandak hingga setelah shalat Maghrib yang mendekati gelapnya malam, lalu kami selesai dari hal itu, dan itulah firman Allah Azza wa Jalla; Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan, dan Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Kemudian Rasulullah memanggil bilal lalu menyuruhnya, dan ia mengumandangakan iqamah shalat Zhuhur lalu keduanya melaksanakan shalat Zhuhur dengan shalat yang baik, sebagaimana keduanya melaksanakan shalat tersebut pada waktunya, kemudian Bilal mengumandangkan iqamah shalat Ashar lalu keduanya melaksanakan shalat Ashar, lalu Bilal mengumandangankan shalat Maghrib kemudian keduanya melaksanakan shalat Maghrib dan ia mengumandangkan shalat Isya' kemudian keduanya melaksanakan shalat Isya. Ia berkata, hal itu terjadi sebelum turun ayat yang berkenaan dengan shalat khauf; Maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. 131 Musnad Syafi'i 125: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Umarah bin Ghaziyah mengabarkan kepadaku dari Khubaib bin Abdurrahman bin Khubaib, dari Hafsh bin Ashim, ia berkata, “Nabi pernahi mendengar suara seorang lelaki yang sedang mengumandangkan adzan shalat Maghrib, maka beliau mengucapkan seperti apa yang diucapkannya.” Hafth bin Ashim melanjutkan kisahnya: Maka Nabi sampai kepada lelaki yang lain, sedangkan shalat telah diiqamatkan. Lalu Nabi bersabda, ""Turunlah kalian dan lakukanlah shalat Maghrib dengan iqamat yang telah dilakukan oleh budak hitam itu.”132 Musnad Syafi'i 126: Abdul Wahab mengabarkan kepada kami dari Yunus, dari Al Hasan bahwa Nabi SAW pernah bersabda, "Para muadzin adalah kepercayaan orang-orang dalam shalat mereka.” Dan disebutkan pula hal yang lainnya.133 Musnad Syafi'i 127: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami dari Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya, dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW pernah bersabda, ”Para imam adalah orang-orang yang menjamin dan para muadzin adalah orang-orang yang dipercaya, maka Allah memberikan hidayah kepada para imam dan memberikan ampunan kepada muadzin."134 Musnad Syafi'i 128: Malik mengabarkan kepada kami dari Abdurrahman bin Abdullah bin Abu Sha'sha'ah, dari ayahnya bahwa Abu Sa'id Al Khudri pernah berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku melihatmu menyukai ternak dan kambingmu serta daerah pedalamanmu. Untuk itu, apabila kamu berada di tengah ternak kambingmu atau di daerah pedalamanmu, lalu engkau menyerukan adzan shalat, maka keraskanlah suaramu. Karena sesungguhnya tidak sekali-kali Jin, manusia dan sesuatu mendengar sejauh suaramu mengumandang kecuali semuanya akan bersaksi untukmu di hari Kiamat.” 135 Abu Sa'id berkata, “Aku mendengar dari Rasulullah SAW.” Musnad Syafi'i 129: Malik mengabarkan kepada kami dari Nafi', dari Ibnu Umar, ia mengatakan: Dahulu Nabi SAW sering memerintahkan kepada muadzin -bila malam terasa sangat dingin dan berangin kencang- untuk menyerukan, "Ingatlah, shalatlah kalian di dalam rumah-rumah kalian!”136 Musnad Syafi'i 130: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Atha bin Yazid, dari Abu Sa'id Al Khudri bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan oleh muadzin.”137 Musnad Syafi'i 131: Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami dari Majma' bin Yahya, Abu Umamah bin Sahi mengabarkan kepadaku bahwa ia pernah mendengar Muawiyah mengatakan: Aku pernah mendengar Rasulullah apabila muadzin mengucapkan "Asyhadu anlaa ilaaha illallaah", maka beliau mengucapkan "Asyhadu anlaa ilaaha illallaah". Dan apabila muadzin mengucapkan "Asyhadu anna Muhammadar-rasuulullaah", maka beliau mengucapkan "Dan aku bersaksi", kemudian beliau diam. 138 Musnad Syafi'i 132: Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami dari Talhah bin Yahya, dari pamannya, Isa bin Thalhah, ia berkata, “Aku pernah mendengar Muawiyah menceritakan hadits yang semisal dari Nabi SAW."139 Musnad Syafi'i 133: Abdul Majid bin Abdul Aziz mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, ia mengatakan: Amr bin Yahya Al Mazini mengabarkan kepadaku bahwa Isa bin Umar mengabarkan kepadanya dari Abdullah bin Alqamah bin Waqash, ia mengatakan: Sesungguhnya aku pernah berada di dekat Muawiyah, tiba-tiba muadzinnya menyerukan adzan -untuk shalat-, maka Muawiyah mengucapkan seperti apa yang diucapkan oleh muadzinnya. Ketika muadzin mengucapkan "Hayya 'alash-shalaah", maka Muawiyah mengucapkan “Laa haula walaa quwwata illa billaah”. Ketika muadzin mengucapkan "Hayya 'alal falaah" maka ia mengucapkan "Laa haula walaa quwwata illa billaah". Setelah itu Muawiyah kembali mengucapkan searti apa yang diucapkan oleh muadzinnya, lalu berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah mengucapkan hal itu.”140 Musnad Syafi'i 134: Sa'id bin Salim mengabarkan kepada kami dari Sufyan Ats-Tsauri, dari Abdullah bin Muhammad bin Aqil dari Muhammad bin Ali Al Hanafiyah, dari ayahnya bahwa Rasulullah bersabda “Kunci shalat adalah wudhu, yang mengharamkan dari segala sesuatu- adalah takbir dan yang menghalalkan – dari segala sesuatu - adalah salam”141 Musnad Syafi'i 135: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami dari Ali bin Yahya bin Khallad, dari ayahnya dari kakeknya, Rifa'ah bin Malik bahwa ia pernah mendengar Rasulullah bersabda “Apabila seseorang di antara kailan bermaksud mendirikan shalat hendaklah berwudhu seperti apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT kemudian bertakbir. Apabila ia hafal sesuatu dari Al Qur'an hendaklah ia membacanya, dan jika tidak hafal sesuatupun dari Al-Qur'an, hendaklah membaca tahmid dan takbir kepada Allah SWT. Setelah itu hendaklah ruku hingga tuma'ninah dalam keadaan ruku. kemudian bangkit hingga tuma'ninah dalam keadaan berdiri (i'tidal), kemudian sujud hingga tuma'ninah dalam keadaan sujud kemudian mengangkat kepalanya lalu duduk hingga tuma'ninah dalam keadaan duduk Barangsiapa yang mengurangi sesuatu dari hal tersebut, sesungguhnya ia telah mengurangi sebagian dari shalatnya.”142 Musnad Syafi'i 136: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, ia mengatakan: Muhammad bin Ajian mengabarkan kepadaku dari Ali bin Yahya bin Khallad, dari Rifa'ah bin Rafi', ia mengatakan: Seorang lelaki datang untuk melaksanakan shalat di masjid dekat dengan Rasulullah SAW. Lalu ia datang mengucapkan salam kepada Nabi , maka Nabi bersabda kepadanya, "Ulangilah shalatmu, sesungguhnya kamu belum shalat (dengan benar)." Lelaki itu bangkit dan shalat seperti apa yang telah dilakukannya. Nabi bersabda lagi kepadanya, "Ulangilah shalatmu, sesungguhnya kamu belum shalat (dengan benar). Maka lelaki itu berkata, "Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku bagaimana aku harus mengerjakan shalat!" Nabi SAW menjawab, “Apabila engkau telah menghadap ke arah kiblat, bertakbirlah, kemudian bacalah Ummul Qur'an dan surah lainnya. Apabila engkau ruku, maka jadikanlah kedua telapak tanganmu berada di atas lututmu, dan mantapkanlah rukumu serta luruskanlah punggungmu. Apabila engkau mengangkat diri, tegakkanlah punggungmu dan angkat kepalamu hingga semua tulang kembali pada ruasnya masing-masing. Apabila engkau sujud, mantapkanlah sujudmu. Apabila engkau bangkit (dari sujud), duduklah di atas betis kirimu, selanjutnya lakukanlah hal yang sama pada setiap ruku dan sujud hingga engkau tuma'ninah.”143 Musnad Syafi'i 137: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Salim, dari ayahnya, ia berkata, "Aku sering melihat Rasulullah SAW: bila memulai shalatnya, beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua pundaknya dan begitu pula bila hendak ruku dan sesudah bangkit (dari ruku), tetapi beliau tidak mengangkat (kedua tangannya) di antara dua sujud.”144 Musnad Syafi'i 138: Muslim bin Kbalid dan Abdul Majid serta selain keduanya mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Musa bin Uqbah, dari Abdullah bin Al Fadhl, dari Al A'raj, dari Ubaidillah bin Abu Rafi', dari Ali bin Abu Thalib: Bahwa Rasulullah apabila memulai shalat mengucapkan, “Aku hadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dan aku bukan termasuk orang-orang musyrik Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku semata-mata hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam; dan demikianlah aku diperintahkan." Kebanyakan ulama berkata, “Dan aku adalah orang yang mula-mula berserah diri." Aku merasa ragu untuk mengatakan bahwa seseorang dari mereka berkata, "Dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (Selanjutnya beliau mengucapkan), “Ya Allah, Engkau adalah Raja, tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau dengan segala pujian-Mu. Engkau adalah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu, aku telah berbuat aniaya terhadap diriku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah daku atas semua dosaku. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Engkau. Dan tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat menunjuki kepada akhlak yang terbaik selain Engkau. Dan palingkanlah dariku akhlak yang buruk, tidak ada yang dapat memalingkan diriku dari akhlak yang buruk selain Engkau. Kupenuhi seruan-Mu dengan ketaatan, semua kebaikan berada di genggaman kekuasaan-Mu, dan semua keburukan tidak dinisbatkan kepada-Mu. Orang yang mendapat petunjuk ialah orang-orang yang Engkau beri petunjuk, aku adalah kemurahan dari- Mu dan akan kembali kepada-Mu. Tiada jalan selamat dari-Mu kecuali berkat pertolongan-Mu. Maha Suci Engkau lagi Maha Tinggi aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu."145 Musnad Syafi'i 139: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami dari Rabi'ah bin Utsman, dari Shalih bin Abu Shalih bahwa Ia pernah mendengar Abu Hurairah RA mengucapkan doa -berikut- ketika mengimami orang-orang dengan suara yang keras: "Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari syaitan yang terkutuk" saat shalat maktubah dan ketika selesai membaca Al-Qur'an. 146 Musnad Syafi'i 140: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Az.zuhri dari Muhammad bin Ar-Rabi. Ubadah bin Ash-Shamit bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Tidak sah —shalat— seseorang yang tidak membaca Al Fatiha dalam shalat.” 147 Musnad Syafi'i 141: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Al Ala' bin Abdurrahman, dari ayahnya,, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Setiap shalat yang tidak dibaca Ummul Kitab di dalamnya, maka shalat itu kurang, maka shalat itu kurang.148 Musnad Syafi'i 142: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Ayub dari Qatadah dari Anas RA ia berkata, "Nabi SAW, Abu Bakar, 'Umar dan 'Utsman membuka bacaan shalat dengan: {Alhamdulillahi rabbil aalamin}" (QS. Al Fatihah: 2)* Musnad Syafi'i 143: Abdul Majid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, ia mengatakan: Ubai mengabarkan kepadaku dari Sa'id bin Jubair -mengenai firman-Nya “Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Qur'an yang agung.” (Qs. Al Hijr [15]: 87) Sa'id bin Jubair mengatakan bahwa “Sab'an minal matsaani” adalah Ummul Qur an. Ubay berkata, .'Sa'id bin Jubair telah membacakannya kepadaku hingga selesai, kemudian ia membaca, 'Bismillahir rahmaanir rahiim' sampai dengan tujuh ayat.” Sa'id berkata, "Aku telah membacakannya kepada Ibnu Abbas sebagaimana aku membacakannya kepadamu, lalu ia membacakan, 'Bismillahir rahmaanir rahiim' hingga tujuh ayat.” Ibnu Abbas berkata, “Maka Allah menyimpannya (surah Al Fatihah) untuk kalian. Dia tidak mengeluarkannya kepada seorang pun sebelum kalian.”150 Musnad Syafi'i 144: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Shalih, mantan budak At-Tauamah, mengabarkan kepadaku: Bahwa Abu Hurairah RA membuka shalat dengan {Bismillahirrahmaanirrahiim} (Al Fatihah: 1) * Musnad Syafi'i 145: Abdul Majid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, Abdullah bin Utsman bin Khutsaim mengabarkan kepadaku bahwa Abu Bakar bin Hafsah bin Umar mengabarkan kepadanya bahwa Abu Bakar bin Hafshah bin Umar mengabarkannya, bahwa Anas bin Malik pernah mengatakan: Muawiyah pernah melakukan shalat di Madinah, lalu ia mengeraskan bacaannya dalam shalat itu. Ia membaca: Bismillahirrahmaanirrahiim, untuk Ummul Qur'an, tetapi tidak membaca basmalah untuk surah sesudalmya hingga selesai dari bacaannya itu. Dan, ia pun tidak mengucapkan takbir ketika menurunkan tubuhnya (unmk sujud dan lain-lain) hingga selesai dari shalat itu. Setelah salam, ia diperingatkan oleh orang-orang yang mendengarnya dari kalangan Muhajirin dari semua tempat, “Hai Muawiyah! Apakah engkau mencuri shalat atau engkau memang lupa?” Ketika ia shalat lagi sesudah itu, maka ia membaca: “Bismillahirrahmaanirrahiim” untuk surah sesudah Ummul Qur'an dan mengucapkan takbir ketika menurunkan tubuhnya untuk sujud.152 Musnad Syafi'i 146: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Abdullah bin Utsman bin Khaitsam mengabarkan kepadaku dari Ismail bin Ubaid bin Rifa'ah, dari ayahnya: Bahwa Muawiyah tiba di Madinah, lalu ia shalat bersama mereka tetapi tidak membaca “Bismillahirrahmaanirrahiim”, tidak pula mengucapkan takbir di saat merundukkan tubuhnya, juga di saat mengangkatnya. Setelah salam, ia diperingatkan oleh kalangan Muhajirin dan Anshar, “Hai Muawiyah! Apakah engkau mencuri shalatmu, di mana “Bismillahirrahmaanirrahiim” dan di mana pula takbirmu saat engkau merundukkan tubuh dan saat mengangkatnya?” Lalu ia melakukan shalat lainnya bersama mereka, tetapi kali ini ia mengucapkan hal tersebut yang membuat mereka menegurnya.153 Musnad Syafi'i 147: Yahya bin Sulaim mengabarkan kepada kami dari Abdullah bin Utsman bin Khaitsam, dari Ismail bin Ubaid bin Rifa'ah, dari ayahnya, dari Muawiyah, kaum Muhajirin dan kaum Anshar tentang hal yang semisal atau semakna dengannya tidak bertentangan. Menurutku sanad riwayat ini lebih baik daripada sanad riwayat pertama.154 Musnad Syafi'i 148: Muslim dan Abdul Majid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar RA: Bahwa Ia tidak pernah meninggalkan bacaan: {Bismillahirrahmaanirrahiim}, untuk Ummul Qur'an dan surah sesudahnya.155 Musnad Syafi'i 149: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Sa'id bin Al Musayyab dan Abu Salamah, keduanya mengabarkan kepadanya dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Apabila imam mengucapkan 'Amin' maka ucapkan pula 'Amin' oleh kalian, karena sesungguhnya barangsiapa yang bacaan 'Amin'-nya berbarengan dengan bacaan 'Amin' para malaikat, maka diampunilah baginya dosa-dosanya yang terdahulu.”156 Ibnu Syihab berkata, "Dan nabi SAW bersabda, 'Amin'.” Musnad Syafi'i 150: Malik mengabarkan kepada kami, Sumai mengabarkan kepadaku dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Apabila imam mengucapkan 'Ghairil maghduubi 'alaihim waladh-dhaalliin', maka ucapkanlah oleh kalian 'Amin', Karena sesungguhnya barangsiapa yang ucapan (Amin)nya bersesuaian dengan ucapan para malaikat, maka diampuni baginya dosa-dosanya yang terdahulu.”157 Musnad Syafi'i 151: Malik mengabarkan kepada kami dari Abu Az-Zinad, dari Al A'raj, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Apabila seseorang di antara kalian mengucapkan 'Amin' dan para malaikat di langit mengucapkan 'Amin', lalu salah satunya bertepatan (berbarengan) dengan yang lainnya, maka Allah akan mengampuni baginya dosa-dosanya yang terdahulu.” 158 Musnad Syafi'i 152: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Ali bin Husain RA, ia berkata, “Rasulullah SAW selalu mengucapkan takbir ketika merunduk dan mengangkat, demikianlah shalat yang dilakukan beliau secara terus-menerus hingga menjumpai Allah SWT (yakni wafat).159 Musnad Syafi'i 153: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah: Bahwa Abu Hurairah RA pernah mengimami shalat mereka, maka ia bertakbir setiap merunduk dan mengangkat. Setelah selesai, ia berkata, “Demi Allah, sesungguhnya shalatku benar-benar paling serupa dengan shalat Rasulullah SAW dari pada kalian.” 160 Terdapat empat hadits dengan riwayat Ar Rabi. dari Al Buwaithi dari Asy-Syafi'i RA. Musnad Syafi'i 154: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Shafwan bin Sulaim mengabarkan kepadaku dari Atha' bin Yasar, dari Abu Hurairah , ia mengatakan: Rasulullah bila ruku mengucapkan doa berikut, “Ya Allah, hanya kepada Engkaulah aku ruku dan hanya Engkaulah aku berserah diri. Hanya kepada Engkaulah aku beriman. Engkaulah Rabbku. Telah khusyu' demi Engkau pendengaranku, penglihatanku, tulang-tulangku, rambutku, kulitku dan semua anggota badan yang ditopang oleh kedua telapak kakiku kepada Allah. Rabb semesta alam.”161 Musnad Syafi'i 155: Muslim dan Abdul Majid mengabkan kepada kami, Ar-Rabi' mengatakan: Aku menduganya dari Ibnu Juraij, dari Musa bin Uqbah, dari Abdullah bin Al Fadhl, dari Al A'raj, dari Ubaidillah bin Abu Rafi', dari Ali, bahwa Nabi SAW apabila ruku mengucapkan, “Ya Allah, hanya kepada Engkaulah aku ruku, kepada engkaulah aku beriman, dan hanya kepada Engkaulah aku berserah diri. Engkau adalah Rabbku. Khusyu' demi Engkau pendengaranku, penglihatanku, otakku, tulang-tulang dan semua anggota badan yang ditopang oleh kedua telapak kakiku kepada Rabb semesta alam.” 162 Musnad Syafi'i 156: Ibnu Uyainah dan Abu Muhammad mengabarkan kepada kami dari Sulaiman bin Suhaim, dari Ibrahim bin Abdullah bin Ma'bad, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas RA, dari Nabi SAW, beliau pernah bersabda, “Ingatlah sesungguhnya aku dilarang melakukan bacaan (Al Qur'an) dalam keadaan ruku' atau sujud. Adapun jika ruku' maka agungkanlah Rabb dan jika sujud maka bersungguh-sungguhlah kalian kepada-Nya.” Salah satu riwayat mengatakan, "Bersungguh-sungguh dalam berdoa'”. Sedangkan riwayat yang lain mengatakan, “Maka bersungguh-sungguhlah kalian, karena sesungguhnya amat layak bagi kalian untuk diperkenankan.”163 Musnad Syafi'i 157: Ibnu Abu Fudaik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Abu Dzi'b, dari Ishaq bin Yazid Al Hudzali, dari Auf bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian ruku, lalu ia mengucapkan ' Subhaana rabbiyal 'azhiimi' sebanyak tiga kali, maka sesungguhnya rukunya telah sempurna, yang demikian itu adalah batas minimalnya. Apabila ia sujud lalu mencapkan 'Subhaana rabbiyal a'laa' sebanyak tiga kali, maka sesungguhnya sujudnya telah sempurna, dan yang demikian itu merupakan batas minimalnya.” 164 Hingga redaksi ini. Ar-Rabi' mendengar dari Al Buwaithi, kita kembali ke sanad pertama. Musnad Syafi'i 158: Muslim bin Khalid dan Abdul Majid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Musa bin Uqbah, dari Abdullah bin Al Fadhl, dari Abdurrahman Al A'raj, dari Ubaidillah bin Abu Rafi', dari Ali RA: Bahwa Nabi apabila mengangkat kepala dari ruku dalam shalat fardhu, beliau mengucapkan doa sebagai berikut, “Ya Allah. bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki sesudahnya.” 165 Musnad Syafi'i 159: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami dari Muhammad bin Ajian, dari Ali bin Yahya, dari Rifa'ah bin Rafi' RA: Bahwa Nabi pernah bersabda kepada seorang lelaki, “Apabila engkau ruku' maka jadikanlah kedua telapak tanganmu berada di atas kedua lututmu, dan mantapkanlah rukumu. Apabila engkau bangkit dari ruku, maka tegakkanlah punggungmu dan angkatlah kepalamu hingga semua tulang kembali pada ruasnya masing-masing.” Musnad Syafi'i 160: Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami dari bin Thawus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas , ia berkata, “Nabi diperintahkan untuk melakukan sujud di atas tujuh anggota tubuh, yaitu: kedua tangan, kedua lutut, dan semua ujung jari jari (kedua telapak kaki) serta keningnya. Beliau dilarang merapikan rambut dan pakaiannya (ketika sedang ruku dan sujud).” Ibnu Thawus menambahkan: Lalu beliau meletakkan tangan pada keningnya dan mengusapkannya ke hidung hingga sampai pada ujung hidungnya. Dahulu ayahku menganggap hal ini sebagai satu anggota (sujud).166 Musnad Syafi'i 161: Sufyan mengabarkan kepada kami, Amr bin Dinar menceritakan kepadaku, ia pernah mendengar Thawus menceritakan hadits dari Ibnu Abbas RA: Bahwa Nabi diperintahkan untuk melakukan sujud pada tujuh anggota badan, dan dilarang merapihka rambut dan pakaiannya. 167 Musnad Syafi'i 162: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Yazid bin Al Had mengabarkan kepada kami dari Muhammad bin Ibrahim bin Al Harits At-Tamimi, dari Amir bin Sa'd, dari Al Abbas bin Abdul Muththalib bahwa ia pernah mendengar Nabi bersabda "Apabila seorang hamba sujud, maka ikut sujud bersamanya tujuh anggota tubuhnya, yaitu:-wajah, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua telapak kakinya.” 168 Musnad Syafi'i 163: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Daud bin Qais Al Fara', dari Ubaidullah bin Abdullah bin Aqram Al Khuza'i, dari ayahnya, ia berkata "Aku melihat Rasulullah di Qa' -bagian dari daerah Namirah atau An-Namirah (Ar-Rabi' ragu)- sedang sujud, maka aku dapat melihat (kulit) kedua ketiak beliau yang putih.”169 Musnad Syafi'i 164: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Shafwan bin Sulaim menceritakan kepada kami dari Atha' bin Yasar, dari Abu Hurairah , ia mengatakan: Bahwa Rasulullah apabila sujud mengucapkan doa berikut, “Ya Allah) kepada Engkaulah aku bersujud, kepada Engkaulah aku berserah diri, kepada Engkaulah kami beriman. Engkau adalah Rabbku. Telah sujud wajahku kepada Tuhan yang menciptakannya, yang membelah pendengaran dan penglihatannya. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta” 170 Musnad Syafi'i 165: Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami, dari Sulaiman bin Suhaim dari Ibrahim bin Abdullah bin Ma'bad dari bapaknya dari Ibnu Abbas , bahwa rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku dilarang membaca - ayat Al Qur'an - saat ruku dan sujud, sebab saat ruku, maka agungkanlah Tuhan di dalamnya dan saat sujud, maka bersungguh-isungguhlah di dalamnya dengan doa, karena sangat berpotensi untuk dikabulkan bagi kalian. 171 Musnad Syafi'i 166: Ibnu Uyainah menceritakan kepada kami dari Ibnu Abu Najih, dari Mujahid, ia mengatakan: Saat yang paling dekat bagi searang hamba dengan Allah SWT hanyalah di saat ia sedang sujud. Tidakkah engkau memikirkan firman-Nya, “Dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Allah).” (QS. Al 'Alaq: 19) 172 Musnad Syafi'i 167: Ibrahim bin Muhammad bin Amr bin Halhalah mengabarkan kepada kami bahwa ia pernah mendengar Abbas bin Sahl mengabarkan hadits berikut dari Abu Humaid As-Sa'idi , ia berkata, “Rasulullah apabila duduk di antara dua sujud, beliau melipat kaki kirinya dan duduk di atasnya serta menegakkan telapak kaki kanannya. Apabila beliau duduk dalam rakaat yang keempat, maka beliau menjauhkan kedua kakinya dari pangkal pahanya, lalu mendudukkan pantatnya di tanah dan menegakkan pangkal paha kanannya.”.173 Musnad Syafi'i 168: Malik mengabarkan kepada kami dari Muslim bin Abu Maryam, dari Ali bin Abdurrahman Al Mu'afiri, ia mengatakan: Ibnu Umar pernah melihatku sedang memainkan batu kerikil, yakni— dalam shalat—. Setelah salam, ia melarangku —berbuat demikian-. Ia berkata, ""Lakukanlah seperti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah .” Aku bertanya,. “Bagaimanakah cara yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW?” Ibnu Umar menjawab, “Nabi apabila duduk dalam shalat, beliau meletakkan telapak tangan kanan di atas paha kanannya dan menggenggam semua jarinya serta mengisyaratkan dengan jari telunjuk yang bersebelahan dengan jari jempol, dan meletakkan telapak tangan kiri di atas paha kirinya.”174 Musnad Syafi'i 169: Abdul Wahab Ats-Tsaqafi mengabarkan kepada kami dari Ayyub, dari Abu Qilabah, ia mengatakan: Malik bin Al Huwairits pernah datang kepada kami, lalu shalat di masjid kami. Ia berkata, “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar akan shalat, padahal aku tidak menghendaki shalat melainkan hanya ingin memperagakan shalat Rasulullah yang pernah aku lihat kepada kalian.” Kemudian Abu Qilabah melanjutkan kisahnya bahwa ia (Malik bin Al Huwairits) berdiri dari rakaat pertama. (Abu Qilabah memotong), “Apabila beliau hendak berdiri, coba ceritakan kepadaku bagaimana caranya!” Malik bin Al Huwairits menjawab, “Seperti shalatku ini.” 175 Musnad Syafi'i 170: Abdul Wahab mengabarkan kepada kami dari Khalid Al Khuza'i, dari Abu Qilabah tentang hal yang semisal, hanya saja ia berkata, “Malik bila mengangkat kepalanya dari sujud akhir dalam rakaat pertama, ia terlebih dahidu duduk tegak dan bertopang pada tanah”. 176 Musnad Syafi'i 171: Yahya bin Hassan mengabarkan kepada kami dari Al-Laits bin Sa'ad, dari Abu Zubair Al Makki, dari Sa'id bin Jubair dan Thawus, dari Ibnu Abbas , ia mengatakan : Dahulu nabi mengajarkan tasyahud kepada kami sebagaimana mengajarkan kami suatu surat dari Al Qur'an dan belai bersabda ”Semua penghormatan yang diberkati -yang semua shalawat yang baik- adalah milik Allah. Semoga keselamatan terlimpah kepadamu, wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan berkat-Nya. Semoga keselamatan terlimpah kepada kami, juga kepada hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”177 Musnad Syafi'i 172: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Shafwan bin Sulaim mengabarkan kepada kami dari Abu Salamah bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah , ia pemah bertanya, “Wahai Rasulullah , Bagaimanakah cara kami mengucapkan shalawat untukmu, yakni dalam shalat?” Nabi menjawab, “Kalian ucapkan. 'Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan shalawat kepada Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim'. Kemudian kalian mengucapkan salam untukku.”178 Musnad Syafi'i 173: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Sa'ad bin Ishaq mengabarkan kepadaku dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari Ka'ab bin Ujrah , dari Nabi bahwa beliau mengucapkan doa -berikut- dalam shalatnya, “Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan shalawat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan limpahkanlah berkah kepada Muhammad juga keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung"179 Musnad Syafi'i 174: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Al A'raj, dari Abdullah bin Buhainah, ia berkata, “Rasulullah shalat dua rakaat sebagai imam kami, kemudian beliau langsung berdiri tanpa duduk terlebih dahulu, maka orang-orang ikut berdiri pula bersamanya. Setelah beliau menyelesaikan shalat dan kami menunggu salamnya, ternyata beliau mengucapkan takbir, lalu sujud sebanyak dua kali dan masih dalam keadaan duduk sebelum salam, setelah itu barulah beliau mengucapkan salam.” 180 Musnad Syafi'i 175: Malik mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Sald, dari Al A'raj, dari Ibnu Buhainah: Bahwa Rasulullah langsung berdiri setelah dua rakaat shalat Zhuhur tanpa duduk terlebih dahulu. Setelah beliaii menyelesaikan shalatoya, beliau sujud sebanyak dua kali kemudian salam setelah itu. 181 Musnad Syafi'i 176: Ibrahim bin Sa'ad bin Ibrahim mengabarkan kepada kami dari ayahnya, dari Abu Ubaidah bin Abdullah bin Mas'ud, dari Rasulullah pada rakaat kedua seakan- ?ayahnya, ia mengatakan akan berada di atas besi yang dipanaskan. Aku bertanya, “Hingga beliau cepat berdiri?” Ia menjawab, “Memang demikian yang dikehendakinya.” 182 Musnad Syafi'i 177: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Ismail bin Muhammad bin Sa'ad bin Abi Waqash mengabarkan kepadaku dari Amir bin Sa'ad, dari ayahnya, dari Nabi SAW: Nabi salam setelah selesai dari shalatnya dengan menoleh ke kanan dan ke kirinya. 183 Musnad Syafi'i 178: Tidak hanya satu ulama mengabarkan kepadaku dari Ismail, dari Amir bin Sa'id. dari bapaknya, dari Nabi dengan redaksi yang semisal. 184 Musnad Syafi'i 179: Ibrahim, yakni: Ibnu Muhammad, mengabarkan kepada kami dari Ishaq bin Abdullah, dari Abdul Wahab bin Bakht, dari Watsilah bin Asqa': Nabi salam ke kanan dan ke kiri hingga pipinya kelihatan. 185 Musnad Syafi'i 180: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami. Abu Ali menceritakan kepadaku, ia pernah mendengar Abbas bin Sahl bin Sa'ad mengabarkan hadits berikut dari ayahnya: bahwa Nabi melakukan salam setelah selesai shalat dengan menoleh ke kanan dan ke kirinya. 186 Musnad Syafi'i 181: Muslim bin Khalid dan Abdul Majid mengabarkan kepada kami dari Ibnu Juraij, dari Amr bin Yahya Al Mazini, dari Muhammad bin Yahya bin Hibban, dari pamannya, yaitu Wasi' bin Hibban, dari Ibnu Umar , dari Nabi SAW: Bahwa Nabi ?melakukan salam ke kanan dan ke kirinya. 187 Musnad Syafi'i 182: Ad-Darawardi mengabarkan kepada kami dari Amr bin Yahya dari Muhammad bin Yahya, dari pamannya, yaitu Wasi' bin Hibban, ia berkata -sesekali- dari lu Umar, dan lain waktu dari Abdullah bin Zaid: Nabi mengucapkan salam ke arah kanan dan ke arah kirinya. 188 Musnad Syafi'i 183: Sufyan mengabarkan kepada kami dari Mis'ar, dari Ibnul Qibthiyah, dari Jabir bin Samurah, ia mengatakan: Ketika kami sedang bersama Rasulullah , ada seseorang di antara kami bersalam dengan mengucapkan “Assalaamu 'alaikum” ke arah kanan dan ke arah kirinya seraya mengisyaratkan dengan tangannya ke arah kanan dan ke arah kirinya. Maka Nabi bertanya, “Mengapa kalian melakukan isyarat dengan tangan kalian seakan-akan seperti buntut kuda yang garang ? Tidakkah cukup bagi seseorang di antara kalian -atau sesungguhnya sudah cukup bagi seseorang di antara kalian- hanya dengan meletakkan tangannya di atas pahanya, kemudian bersalam ke arah kanan dan kirinya seraya mengucapkan “Assalaamu 'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh'.” 189 Musnad Syafi'i 184: Ibrahim bin Sa'ad mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab, ia mengatakan: Hindun binti Al Harits bin Abdullah bin Abu Rabi'ah mengabarkan kepadaku dari Ummu Salamah, istri Nabi , ia berkata, “Rasulullah bila melakukan salam dari shalatnya, kaum wanita berdiri setelah beliau menyelesaikan salamnya, sedangkan Nabi sendiri diam sebentar di tempatnya.” Ibnu Syihab berkata, “Maka kami memandang bahwa diam yang beliau lakukan itu —hanya Allah yang lebih mengetahui— untuk menunggu agar kaum wanita berlalu lebih dahulu supaya tidak berbarengan dengan kaum lelaki.” 190 Musnad Syafi'i 185: Ibnu Uyainah mengabarkan kepada kami dari Amr, dari Abu Ma'bad, dari Ibnu Abbas , ia berkata, “Aku mengetahui selesainya shalat Rasulullah melalui takbir.” Amr bin Dinar berkata, “Kemudian aku menuturkan hadits ini kepada Abu Ma'bad sesudahnya, tetapi ia menjawab, 'Aku belum pernah menceritakan hadits ini kepadamu'.” Amr berkata, “Engkau sendirilah yang telah menceritakannya kepadaku.”, Ibnu Uyainah berkata, “Abu Ma'bad adalah pelayan Ibnu Abbas yang paling dipercaya.” 191 Asy-Syafi'i berkata, “Sepertinya ia lupa telah menceritakan hadits sendirian.” Musnad Syafi'i 186: Ibrahim bin Muhammad mengabarkan kepada kami, Musa bin Uqbah menceritakan kepadaku dari Abu Az-Zubair bahwa ia pernah mendengar Abdullah bin Az-Zubair mengatakan: Rasulullah bila telah melakukan salam dari shalatnya, beliau mengucapkan doa berikut dengan suara yang keras, “Tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya: bagi-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala puji. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah, dan kami tidak menyembah kecuali hanya kepada.Nya. Semua nikmat hanyalah milik-Nya. semua anugerah hanyalah milik-Nya. dan semua pujian yang baik hanyalah milik-Nya. Tidak ada Tuhan selain Allah. Dengan tulus ikhlas karena-Nya kami beragama, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukai”192